Tittle :
ONLY ONE
Author: -DaeWy-
Length: chaptered, Series
Cast:
-CHOI
JUN HONG a.k.a ZELO ( B.A.P )
-SHIN
SEO RIN ( OC, imagine as you )
-KIM
HIMCHAN ( B.A.P )
- JEON HYOSUNG (SECRET)
- MOON JONGUP ( B.A.P )
-other
cast find by yourself
Genre: comedy romance, school life, family,
friendship.
Rating: T
Warning! Absurd, typo(s) bertebaran.
Happy Reading!!
*******-oOo-*******
link chapter 1
KKKRRRRIIIIINGGGG!
Aku tersentak kaget setelah
mendengar bel tanda jam pelajaran akan segera dimulai. Haduh, bagaimana ini…
bel sudah berbunyi, tapi aku sama sekali belum menemukan ruang Kepala Sekolah.
Kalau mau langsung masuk kelas, aku juga tidak tau dimana letak kelasku. Eotteokhe~~
Akupun menaiki sebuah tangga,
mungkin saja ruang Kepala Sekolah ada di lantai dua, namun saat aku menaiki
tangga itu, Kulihat dari arah belakang segerombolan siswa tengah berjalan
cepat, beberapa diantara mereka bahkan ada yang berlari kecil, sepertinya
mereka sangat terburu-buru. Entah sengaja atau tidak, beberapa dari mereka
menyenggolku hingga aku hampir terjatuh, dan Tanpa meminta maaf! Keterlaluan!
Dan saat seorang siswa bertubuh
tambun melewatiku, iapun juga tak luput menyenggolku. Karena aku sudah tidak
dapat lagi menyeimbangkan tubuhku, seketika tubuhku melimbung kebelakang.
“Kkyyaaaa~…”
Namun tiba-tiba…
GRREEP!
Aku merasakan seseorang menangkap tubuhku. Aku menoleh menatapnya,
manik mataku langsung menangkap sosok namja dengan mata yang meruncing dan
berwajah sangat tampan. Seketika kurasakan dadaku berdegup kencang, ketika aku
mencium aroma amber dari farfum yang
ia gunakan.
“gwenchanayo?” tanyanya
lembut, berhasil membuyarkan lamunanku.
“eh?... Na..Nan
gwenchana…” Jawabku gugup. Yah gugup, sangat! Aku sudah mencoba
mengendalikan detakan jantungku ini yang seperti habis berlari sejauh 1 km
tanpa henti. namun sepertinya tidak berhasil, malah sekarang degupannya semakin
bertambah setelah namja itu menunjukkan senyumnya yang sangat manis.
“syukurlah..” ujarnya seraya melepas
dekapannya dari tubuhku.
“Gomawo
sudah menyelamatkanku…” ucapku sedikit menunduk.
“cheonma,
lain kali kau harus lebih berhati-hati lagi, ne?…”
Aku mengangguk dan tersenyum, “nde, arraseumnida…”
setelah itu ia berlalu dan pergi meninggalkanku.
setelah itu ia berlalu dan pergi meninggalkanku.
Tunggu dulu, aku masih belum tau dimana ruang
Kepala Sekolahnya, lebih baik aku bertanya saja padanya. Akupun segera berjalan
cepat mengejar namja itu.
“chankanman!!!”
Ia menghentikan langkahnya dan menoleh padaku.
“wae
geurae?” tanya namja itu saat aku sudah berdiri di depannya.
“eemm, aku ingin bertanya dimana letak ruang
Kepala Sekolah? bisa kau tunjukkan padaku?”
ia terdiam sejenak, menatapku dengan seksama dari ujung kaki hingga kepala. Aku yang bingung ditatap seperti itupun juga mengikutinya menatap tubuhku sendiri. Ada yang salah denganku?
ia terdiam sejenak, menatapku dengan seksama dari ujung kaki hingga kepala. Aku yang bingung ditatap seperti itupun juga mengikutinya menatap tubuhku sendiri. Ada yang salah denganku?
Dan sekarang ia tersenyum lalu mengangguk,
seperti telah mengerti akan sesuatu. Ah, aku tau. Dia pasti baru menyadari
kalau aku ini murid baru.
Ia maju dua langkah ke arahku. hei hei, mau
apa dia? Seketika aku refleks mundur. Kemudian ia menunjuk koridor yang tepat
berada di sebelahku, “kau tinggal jalan lurus kearah sana, setelah itu belok ke
kiri. Pintu pertama setelah kau berbelok itulah ruang Kepala Sekolah.” jelasnya,
pandanganku mengikuti tuntutunannya menatap kearah yang ia tunjuk.
Aku mengangguk, “eo, nde arraseo…
gomapseumnida.”
Ia hanya tersenyum menanggapi ucapan
terimakasih ku, aigoo~ kyeopta!~~
Kemudian ia melenggang pergi meninggalkanku
yang masih terpaku di tempat, masih terhipnotis oleh tatapan matanya yang
tajam, namun dibalik itu, ia memiliki senyum yang sangat manis dan sikap yang
baik. Aku masih setia menatap punggung namja itu hingga menghilang saat ia berbelok.
Oh, tidak! aku lupa. Aku harus cepat menemui
kepala sekolah…
Seo Rin POV END.
*******-oOo-*******
Author POV.
“Jun Hong-a….”
panggil Jong Up sedikit berbisik pada teman sebangku sekaligus sahabat karibnya
itu, namun orang yang dipanggil sama sekali tak meresponnya, malah masih asik
dengan pikirannya sendiri, sesekali ia terlihat tersenyum bahkan sampai
terkekeh kecil ketika mengingat kejadian-kejadian yang mewarnai hari-harinya sejak kemarin.
“Ya! Jun
Hong-a~…” panggil Jong Up masih berbisik namun intonasinya
meninggi, ia menyikut lengan Jun Hong. ia sudah merasa kesal pada Jun Hong yang
sama sekali tak menggubrisnya, mungkin saja karena namja itu tidak mendengar
Jong Up yang memanggilnya dengan suara yang bisa dibilang hampir tidak
terdengar.
Jong Up melakukan itu bukan tanpa alasan, ia
menegur Jun Hong karena ia merasakan atmosfer di kelas itu sudah berubah
mencekam, bahkan bisa dibilang sudah berada diluar ambang batas kewajaran, itu
karena Miss Jane, guru Bahasa Inggris yang terkenal killer di sekolah itu kini sedang mengajar mereka. Dan Miss Jane
paling tidak suka bila ada murid yang tidak fokus pada saat jam
pelajarannya.
Dan sepertinya usaha Jong Up berhasil,
sahabatnya itu menoleh menatapnya. “wae?
Wae? Kau ini mengganggu saja.”
Jong Up menaruh jari telunjuknya dibibirnya,
menyuruh Jun Hong untuk diam dan segera menyadari situasi sekitar. Jun Hong
menatap bingung sahabatnya itu.
“hei ada apa denganmu? Kenapa sikapmu aneh
begitu?”
PLETAK!
Sebatang kapur tulis sukses mengenai kepala
Jun Hong. namja itu meringis sakit sambil mengelus kepalanya. Kapur itu
menuntun Matanya kearah sosok wanita dewasa dengan rambut hitam yang tergelung
rapi, berkacamata ukuran sedang, dan mengenakan Blazer merah marun yang
dipadukan dengan rok model Span selutut. Wanita itu menatap tajam ke arah Jun
Hong. Seketika Jun Hong terhenyak, menelan susah payah salivanya. Ekor matanya
menangkap Jong Up yang sudah tak sanggup lagi menengadahkan kepalanya untuk
melihat situasi yang terjadi.
Miss Jane berjalan menuju bangku Jun Hong dan
Jong Up, ia terlihat membawa sebuah map dengan berlembar-lembar kertas
didalamnya. bunyi ketukan high heels yang dikenakan Miss Jane menambah
ketegangan yang sekarang mengelilingi duo sahabat itu, terlebih Jun Hong -sang
tersangka- dalam hal ini.
“kerjakan essai ini!” Miss Jane menaruh map
itu tepat di depan Jun Hong. “itu tugas individu, dan harus ditulis tangan,
besok siang harus sudah ada di meja saya. Kalian semua juga akan dapat, jadi
berterima kasihlah pada tuan Choi ini yang sudah membuat saya tergugah untuk
memberikan tugas ini pada kalian.” Semua murid kini melayangkan death glare mereka ke arah Jun Hong.
tentu saja mereka semua marah, karena Jun Hong yang salah tidak memperhatikan
Miss Jane saat mengajar, maka jadilah semua murid di kelas itu terkena getah
dari buah yang sama sekali tidak mereka makan. “dan untuk kau tuan Choi, saya
tau bahwa dalam pelajaran saya, kau sudah tidak diragukan lagi, maka dari itu saya
akan memberikan bonus untukmu, kau harus menyelesaikan semua essai ini, tepat
sebelum jam pulang sekolah.”
“MWO?!
Miss, an..anda pasti bercandakan?” tanya Jun Hong, ia masih ingin benar-benar
memastikan bahwa yang ia dengar itu salah. Bagaimana mungkin menyelesaikan
setumpuk essai dalam waktu sesingkat itu. walaupun Bahasa Inggris adalah
pelajaran yang sangat dikuasainya, tapi tetap saja sulit untuk dapat
menyelesaikan semuanya hanya dalam waktu 6 jam.
“saya tidak pernah bercanda. Apalagi dengan
murid yang tidak memperhatikan pelajaran saya!” itu adalah ucapan terakhir dari
Miss Jane sebelum akhirnya ia kembali ke mejanya.
Jun Hong menghela nafas berat, menyesali
kecerobohan yang ia perbuat.
“terimakasih teman. berkat kau, aku… ah tidak,
kami semua akan lembur seharian sampai besok, menyelesaikan hukuman yang sama
sekali tak kami perbuat. ”Jong Up menopang dagunya dengan sebelah tangannya.
“mianhae
chingu-ya…” ujar Jun Hong lirih.
*******-oOo-*******
@kelas 12-3
“selamat pagi anak-anak…. Maaf saya sedikit
terlambat karena tadi saya harus menemui Kepala Sekolah dulu.” jelas Han
Sonsaeng saat Ia baru memasuki kelas. Beliau adalah guru kesenian sekaligus Wali
Kelas kelas tersebut. “Dan, hari ini saya ingin mengenalkan seorang murid
pindahan yang akan menjadi teman baru kalian. Silahkan masuk…”
Seo Rin perlahan memasuki kelas tersebut
dengan sedikit ragu, ia merasa canggung dengan tatapan semua siswa yang akan
menjadi teman sekelasnya itu.
“nah sekarang perkenalkan dirimu..” pinta Han Sonsaeng pada Seo Rin.
“nah sekarang perkenalkan dirimu..” pinta Han Sonsaeng pada Seo Rin.
“nde
Sonsaeng-nim.” Yeoja itupun mengedarkan pandangannya menatap seluruh siswa
yang ada di kelas itu. tidak semua siswa berhasil tertangkap oleh
penglihatannya. Hanya beberapa dari mereka yang duduk di barisan paling depan
saja.
“Annyeong
Haseyo, je ireumeun Shin Seo Rin imnida…saya murid pindahan dari Incheon… mannaseo bangapseumnida.” Ucap Seo Rin
memperkenalkan diri seraya menunduk hormat.
“baiklah nona Shin, silahkan kau duduk di bangku
kosong di sebelah sana.” Han Sonsaeng menunjuk bangku kosong yang berada tepat
di dekat jendela. Namun di sebelah bangku kosong itu terlihat seseorang sedang
duduk disana. Seo Rin berjalan mendekat kearah bangku tersebut, namun tiba-tiba
langkah yeoja itu terhenti sejenak setelah menyadari seseorang yang akan
menjadi teman sebangkunya itu. ‘dia,
bukannya dia ini namja yang tadi menolongku? Aiggo~ apa ini yang namanya
keberuntungan, aku sekelas dengan namja manis ini, dan bahkan sekarang aku
duduk sebangku dengannya… Oh Tuhan, semoga saja aku sanggup mengendalikan
degupan jantungku ini saat bersamanya… ku mohon..’ Seo Rin membatin.
Kini ia sudah duduk di sebelah namja tampan
yang telah menolongnya sebanyak 2kali pagi ini.
“kau, yeoja yang tadi kan? Aku tak menyangka
kita sekelas.” Ucap namja itu.
Seo Rin tersenyum canggung, “nado, bahkan kita duduk sebangku
sekarang..”
Namja itu tertawa ringan. Mata tajamnya
berganti dengan lengkungan eye smile
yang membuat semua orang juga ingin tersenyum melihatnya.
“Kim
Himchan imnida…” ujarnya sembari mengulurkan tangan kanannya.
“Shin Seo Rin imnida…”
yeoja itu menerima jabatan tangan Himchan.
“aku tahu… kau sudah mengatakannya tadi..” ucap Himchan.
Membuat yeoja di sampingnya menjadi semakin canggung. “ah~ ne. kau benar…”
*******-oOo-*******
“haaiisshh… tugas ini membuat ku hampir gila!... Jun Hong-a, aku butuh asupan makanan… ayo kita ke
kantin…” ajak Jong Up yang sudah siap beranjak dari kursinya.
“tidak, aku tidak bisa…kau tau kan aku harus menyelesaikan semua
essai ini sebelum pulang sekolah. kau pergilah sendiri, aku tidak lapar.” Jawab
Jun Hong yang sama sekali tidak menghentikan kegiatan menulisnya.
“baiklah, tapi nanti jangan sekali-sekali kau mengeluh lapar
padaku ya.”
“eish, memangnya kau eomma
ku?!” namja itu sudah siap melemparkan sebatang pensil pada Jong Up yang sudah
keburu kabur sebelum Jun Hong melempar pensil tersebut padanya. Jong Up tertawa
puas menggoda sahabatnya itu, bahkan suara tawanya masih terdengar saat ia
sudah keluar dari kelas mereka menuju kantin.
Jun Hong pun kembali melanjutkan kegiatan menulisnya yang sempat
terganggu sesaat. Ini sudah lembar ke 10 dari tugas essai yang ia kerjakan, ia
mulai merasakan pegal dan keram disekitar pergelangan tangannya, padahal masih
ada 20 lembar essai lagi yang harus ia kerjakan sebelum jam menunjukkan pukul
16.00 KST. dan kini waktu yang tersisa untuknya adalah 3 jam lagi.
‘siapa saja, bantulah aku..’
*******-oOo-*******
Seo Rin sedikit melirik Himchan yang duduk di sebelahnya, ia
terlihat begitu tenang membaca sebuah buku tentang musik tradisional Korea. Di
kelas itu hanya tinggal mereka berdua saja, murid lainnya sudah berhambur
keluar ketika bel tanda istirahat berdering 10menit yang lalu.
Author POV END.
Seo Rin POV.
Haduh, kenapa dia tidak ikut pergi keluar bersama yang lain.
Sebenarnya tadi sudah ada beberapa siswa yang mengajaknya ke kantin, tapi
Himchan menolak dan lebih memilih membaca buku di kelas.
Aku benar-benar canggung dan gugup jika berlama-lama didekatnya…
kalau mau keluar, bisa-bisa nanti aku bertemu si tiang listrik yang menyebalkan
itu. eotteokhe~
“kau kenapa? Sepertinya kau sedang gelisah. Ada apa?” Tanya Himchan
santai. Ia menoleh menatapku.
“hah? Emm, tidak. Aku tidak apa-apa.”
“jongmal?” tanya Himchan
lagi.
“N..Ne.” eh, kenapa aku
jadi mendadak gagap begini? Memalukan!
Ia kini sudah menutup bukunya dan menaruhnya di atas meja. Menatapku
lebih intens. Aku sama sekali tidak mau melihat matanya sekarang. Aku takut
jika aku menatapnya, jantungku akan semakin berdetak cepat, atau mungkin saja
aku akan terkena serangan jantung mendadak! Yah, aku berlebihan. Tidak mungkin
hanya karena di tatap, seseorang akan mengalami serangan jantung.
2detik
3detik
4detik
5detik
Dari Ekor mataku, aku masih dapat melihat Himchan memandangku..
sebenarnya apa yang sedang ia pikirkan sekarang? Apa dia bermaksud menggodaku.
“Himchan-a….!!”
terdengar seseorang memanggil nama Himchan dari arah pintu. Seketika pandangan
kami mengarah ke sumber suara. Ternyata yang memanggil Himchan tadi adalah
seorang yeoja. Yeoja itu ku akui sangat cantik dan manis. Dengan rambut panjang
kecoklatan yang bergelombang, kulit putih bersih, dan terlihat jelas dari
gayanya, dia adalah yeoja dari keluarga berkelas dan kaya.
Dan kini yeoja itu sudah berdiri di sebelah meja kami. Dia
tersenyum pada Himchan. Namun tiba-tiba air mukanya berubah ketika manik
matanya manangkap sosokku. Aku hanya diam tak bersuara untuk mengomentari
sikapnya yang angkuh itu padaku.
“Himchan-a.. khajja
temani aku ke kantin.. nan baegopha…”
pinta yeoja itu sambil menautkan kedua tangannya pada lengan Himchan.. cih,
sebenarnya siapa sih yeoja ini, sikapnya membuatku ingin muntah.
“Hyosung-a, mianhae~… aku sedang tidak ingin pergi
ke kantin…” ujar Himchan lembut. Yeoja yang ternyata bernama Hyosung itu
terlihat kecewa karena Himchan menolak ajakannya. Haha~ rasakan kau yeoja
centil!
“waeyo? Tidak biasa kau
begini. Oh, apa karena dia?” aku terbelalak ketika aku merasa yeoja itu
menyinggung diriku.
Himchan menghela nafas panjang, “Hyosung-a… kau ini bicara apa?” Himchan benar-benar mencoba berusaha sabar
menghadapi yeoja menyebalkan ini.
“kalau begitu ayolah temani aku… jebal~.”
Eish, yeoja ini benar-benar membuatku muak! Kau tidak dengar hah?
Himchan tidak ingin pergi bersamamu!
Himchan melirik kearahku sejenak, lalu ia mulai beranjak dari
bangkunya, dan sangat terlihat jelas raut keterpaksaan dari wajahnya, “baiklah…
aku akan menemanimu..”
Hyosung tampak sangat gembira karena berhasil membuat Himchan
berubah pikiran.
“Gomawo chagi-ya…”
ucapan yeoja itu sukses membuatku mataku membulat hebat. Apa dia bilang tadi? Chagi-ya? Dia memanggil Himchan, Chagi-ya?!!
----TBC-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar