Belajar bahasa Korea

Rabu, 27 Maret 2013

[FF] ONLY ONE (Chapter 1)




Tittle   : ONLY ONE
Author: Dedew Dewhy / -DaeWy-
Length: chaptered
Main Cast:
-CHOI JUN HONG a.k.a ZELO ( B.A.P )
-SHIN SEO RIN ( OC, imagine as you )
-KIM HIMCHAN ( B.A.P )
-other cast find by yourself
Genre: comedy romance, school life, family, friendship.
Rating: T
Warning! Absurd, typo(s) bertebaran.

Happy Reading!!


*******-oOo-*******

Author POV.
“Seo Rin-a, bisa kau tolong eomma?” tanya seorang wanita paruh baya yang sekarang sudah berdiri didepan Seo Rin.
“Hmm…” sahut Seo Rin tanpa mengalihkan pandangannya dari arah TV, lalu agak menggeser tubuhnya ke kanan merasa sedikit terusik dengan tindakan ibunya yang tiba-tiba muncul dan menghalanginya yang sedang asik menyaksikan Boyband kesayangannya yaitu Super Junior M sedang perform dalam acara musik Inkigayo.
Ibu Seo Rin berdecak kesal melihat respon yang diberikan putri sematawayangnya itu padanya. “apanya yang ‘hhmm’ eo?”
Ucapan Ibu Seo Rin berhasil membuat tatapan yeoja itu beralih padanya.
Nde Eomma… mau minta tolong apa?” ucap Seo Rin dengan nada sabar. Namun setelah itu pandangannya kembali fokus pada TV.
Seperti merasa tidak dihiraukan, akhirnya Ibu Seo Rin dengan kesal merebut remote TV dari tangan Seo Rin lalu menekan tombol OFF.


PLIP!


kyaaaa….Eomma~..! apa yang eomma lakukan?... tadi itu Suju M masih perform, Eomma~….” Protes Seo Rin pada ibunya.
“makanya kalau orang tua sedang bicara dengarkan baik-baik, arachi?”
Seo Rin hanya diam, bibirnya mengerucut. wajahnya menunjukkan kekecewaan yang mendalam karena tidak bisa menyaksikan Super Junior M melakukan Goodbye stage dengan lagu BREAK DOWN nya sampai akhir di Inkigayo tadi.
“tidak usah menunjukkan wajah yang jelek seperti itu… ini, tolong kau pergi belikan eomma tepung dan telur, persediaan di dapur sudah habis.” Kata Ibu sambil menyerahkan selembar uang pecahan 10.000 Won pada Seo Rin.
Seo Rin menerima uang itu dengan gerakan malas. “tapi Eomma, kita ‘kan baru 2 hari pindah ke Seoul, aku masih belum hafal jalanan di daerah sini, nanti kalau aku tersesat bagaimana?”
aigoo, Seo Rin-a kau ini… banyak alasan. kau ‘kan bukan anak kecil lagi, mana mungkin kau tersesat. Lagipula mini marketnya hanya berjarak 200 meter dari rumah kita.”
Ne, Ne… arraseo…” Seo Rin pun segera bangkit dari duduknya dan melenggang pergi. “uuhhh, Eomma yang cerewet… bagaimana bisa dulu Appa jatuh cinta pada Eomma yang cerewet seperti itu.” Gumam Seo Rin.
“eh? apa kau bilang?” tanya Ibu setelah dengan samar—samar mendengar gumaman Seo Rin tadi.
‘gawat!’ pikir Seo Rin membelalakkan mata.
eoh, Aniya Eomma… aku tidak bilang apa-apa. He^^… aku pergi dulu..!!” kata Seo Rin lalu berjalan cepat menuju pintu.
hhaaiizzhh… anak itu, benar-benar!!” gerutu ibu.

*******-oOo-*******

Setelah selesai dengan acara belanja ‘terpaksa’nya. Seo Rin pun pulang dengan menggunakan sepeda Folding pemberian Ayahnya ketika Seo Rin berulang tahun yang ke-14. Sepeda itu sebenarnya memang permintaan Seo Rin sendiri pada ayahnya, karena Seo Rin merasa dengan bepergian mengendarai sepeda dapat mengurangi polusi udara yang sekarang menjadi masalah terbesar di Bumi ini. Sejak masih SMP, Seo Rin memang aktif di setiap eksrakulikuler sekolah yang ber-lebel-kan peduli lingkungan. Saat dulu sebelum memiliki sepeda, Seo Rin berangkat ke sekolah dan berpergian ke tempat yang tak terlalu jauh dengan berjalan kaki.

Dan setelah sepeda folding itu ia dapatkan, ia semakin gencar menyuarakan kampanye ‘ANTI GLOBAL WARMING’ dengan pergi kemanapun hanya menggunakan sepeda. Bagi yeoja yang juga seorang ELF itu, berpergian kemanapun tanpa meninggalkan ‘jejak’ yang dapat mengakibatkan pemanasan global itu adalah hal wajib!

Bahkan ketika  Seo Rin dan kedua orang tuanya masih tinggal di Incheon, kala itu Seo Rin sekeluarga pernah akan pergi liburan ke rumah nenek dan kakeknya di Daegu. Seandainya bisa, ia berpikir ingin pergi kesana dengan menggunakan sepeda. Jelas saja saat itu juga sebuah sentilan dari ibunya melayang ke kening Seo Rin. Yang benar saja, dari Incheon ke Daegu itu dipisahkan jarak yang sangat jauh, mana mungkin bisa mereka sekeluarga kesana dengan hanya menggunakan sepeda -_-.
Tetapi mungkin saja itu bisa terjadi, namun jangan harap Ibu Seo Rin mau melakukannya, menurutnya itu hanya buang-buang waktu. Untuk apa ada transportasi maju di Zaman sekarang kalau untuk berpergian jauh harus menggunakan sepeda.. haha, ada-ada saja..


Saat dalam perjalanan pulang, tiba-tiba dari arah depan muncul seorang namja yang mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi dan menunjukkan ekspresi panik bukan main. “kkyaaaageokiseo naga (menyingkirlah dari situ)!!!!”
Seo Rin terbelalak, ia tak sempat menghindar dan akhirnya namja itu menabrak Seo Rin beserta sepedanya.



GGEDUBBBRRAAKK!!!!!



Seketika mereka berdua terjatuh dengan posisi Seo Rin tertimpa sepedanya sendiri, sedangkan namja itu tersungkur bersama sepedanya.


Seo Rin POV.
sshhh.... appo~…” ringisku ketika aku merasakan nyeri dan perih pada siku-ku. Aaahh~ namja ini benar-benar!

ya! Kau ini! Bisa mengendarai sepeda tidak eoh?!” tanyaku padanya dengan nada kesal. Geurae aku kesal! Sangat kesal! Dasar tidak tau aturan, mengendarai sepeda saja ugal-ugalan sampai memakan korban luka-luka seperti yang menimpaku ini. Aku melirik belanjaanku yang sudah berserakan di jalan. Tepung dan telur yang ku beli sudah tak berbentuk lagi.

Jongsuhamnida~… rem sepeda ku sedang rusak, aku tidak bisa mengendalikannya saat melalui jalan menurun itu. Neo gwenchanayo?” ujarnya dengan nada penuh penyesalan. lalu ia berjalan agak terpincang kearahku dan berusaha membantuku terbebas dari sepeda yang menindihku. Ku lihat lututnya terluka, dan pipi kirinya tergores. Namun aku tak mau peduli! Ini semua kesalahannya.

gwenchana kau bilang?! Yaak, Lihatlah ini. siku-ku berdarah, Sakit tau! Dan lihat itu, belanjaanku hancur! Kau harus menggantinya.”

Ne, arraseo… aku akan menggantinya. Tunggulah disini.”
Ia berbalik pergi dan menuntun sepedanya, ia terlihat sedikit meringis menahan sakit sambil menggigit bibir bawahnya. sebenarnya Aku merasa sedikit kasihan sih dengan kondisinya yang seperti itu, tapi ‘kan ini semua terjadi karena kesalahannya sendiri. Sudah tau rem sepedanya rusak, tapi masih juga tidak hati-hati mengendarainya, dan ini ‘kan hasilnya. 

Eh, sebentar. Siapa yang tau kalau dia tidak akan berbohong, maksudku apa dia benar-benar akan pergi ke mini market dan mengganti semua belanjaanku? Jangan-jangan dia sudah merencanakan untuk kabur! Aahhh~ ini tidak bisa dibiarkan, aku tidak boleh dengan mudahnya percaya padanya, apalagi aku warga baru disini, Mungkin saja dia mau menipuku.

ya! Chamkanman!....
“ada apa lagi?” ujarnya lalu menengok kearahku.
“bagaimana aku bisa percaya padamu kalau kau akan ganti rugi? Mungkin saja setelah ini kau akan kabur…”
Ia menggeram. Hey, apa dia marah padaku? Apa hak dia bersikap begitu padaku? Jelas-jelas dia yang salah.
ia memarkir sepedanya sembarangan, lalu berjalan kearahku. Kemudian ia merogoh saku celananya.

“ini, ambil ponselku. Itu sebagai jaminan jika aku nanti KABUR.” Ucapnya datar lalu menaruh ponsel itu dengan paksa di tanganku. Namun diakhir kalimatnya, tepatnya pada kata ‘kabur’, sedikit ia mendelik kearahku.
“ponsel? Hanya ini?... hei, aku tidak bodoh.. siapa tau kau punya ponsel lebih dari satu. Dan saat kau kabur, kau tidak perlu menghawatirkan ponselmu yang kau sebut sebagai jaminan ini ‘kan??” ucapku sambil menggerak-gerakkan ponsel android itu di depan wajahnya.

yak! Kau ini, aku hanya punya satu ponsel. Kalau kau masih tidak percaya, kau boleh memeriksanya.” Ujarnya, lebih tepatnya ia sedang membentakku. Ia berjalan makin mendekat padaku sambil berkacak pinggang. Refleks akupun mundur selangkah, sedikit tersentak karena nada bicaranya yang mulai meninggi.
Aku mendongak menatapnya dengan tatapan heran. lalu aku memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan seksama. Ku lihat ia hanya menggunakan T-Shirt hitam, celana jeans selutut, dan memakai sepatu sneakers. Pakaian yang ia kenakan cukup simple dan santai.

Namja ini benar-benar sangat tinggi, bila di bandingkan denganku yang hanya memiliki postur tubuh setinggi pundaknya saja. Tapi wajahnya benar-benar seperti anak-anak, cukup lumayan eerr… manis. Kulitnya juga putih dan mulus seperti bayi. Hei, apa-apa’an aku ini? Kenapa malah jadi terpesona dengan namja teledor ini.. hhaaiisshh… aku menggeleng kuat untuk menghilangkan pikiran-pikiran anehku tentang namja ini.

“ada apa denganmu?” tanya namja itu sambil menaikkan sebelah alisnya.

“eh? Ani~… eumm.. itu, saku celana sebelah kananmu itu. keluarkan isinya. Aku ingin tau.” Ucapku sambil menunjuk saku celana sebelah kanannya dengan daguku.

Ia berdecak. Lalu ia merogoh lagi saku yang ku tunjuk tadi. Sebuah dompet.

“pegang ini, hanya dua benda itu yang ada dalam sakuku. sekarang kau puas? Sudah percaya atau masih mencurigaiku?”

Aku menghela nafas. Kurasa tidak ada lagi yang perlu di curigai dari namja ini.
“baiklah, aku percaya padamu… jadi sekarang cepatlah sana pergi ke Mini Market. Aku akan menuggu disini.”

Ia hanya mendengus dan pergi meninggalkanku. Baru beberapa meter ia berjalan di depanku, ia menghentikan langkahnya dan menepuk keningnya. kemudian ia berbalik lagi dan berjalan kearahku.

“ada apa lagi?” tanyaku padanya.

“dompetku, semua uangku ada disitu. Mana mungkin aku belanja tanpa uang.” Ia merebut dompetnya dari tanganku, lalu mengambil beberapa lembar uang di dalamnya. Kemudian memberikan kembali dompet itu padaku.

tanpa berkata apapun ia pergi. Ia meringis kesakitan lagi saat mulai mengayuh sepedanya, lututnya masih mengeluarkan darah. Namja itu, kasihan juga sih melihatnya. Apa aku sudah keterlaluan ya.. haduh, kenapa aku jadi merasa bersalah begini…

yaa! Neo! Belilah antiseptik dan plaster agar lukamu itu cepat sembuh!” kataku dengan suara agak keras, ini karena ia sudah lumayan jauh pergi. Ku harap ia mendengarku.
Seo Rin POV END.


*******-oOo-*******


@Mini Market


Jun Hong POV.
Sekarang aku sedang berdiri berbaris di depan meja kasir, menunggu giliranku untuk membayar. “aaww… ssshh~…” ringisku saat aku mulai merasakan perih di pipi kiriku. Ahh~ aku tidak menyadari kalau ternyata selain lututku, pipi kiriku juga terluka rupanya.
Sungguh hari minggu yang sangat menyebalkan. Sudah kalah telak bermain PS dengan Jong Up, aku lupa ke bengkel untuk memperbaiki rem sepedaku, menabrak yeoja cerewet itu, lutut dan pipiku luka, dan sekarang aku harus mengganti rugi belanjaan yeoja cerewet yang kutabrak tadi. Ya, aku menyadari aku yang salah, maka dari itu aku harus bertanggungjawab mengganti rugi belanjaan yeoja itu yang hancur tak bersisa. Tapi sepertinya aku baru pertama kali melihatnya disini, apa mungkin dia warga baru di daerah ini?...

Aku maju satu langkah kedepan. Yap, sekarang adalah giliranku membayar.

“semuanya 8.000 Won..” ucap noona penjaga kasir setelah menghitung semua belanjaanku, ah~ maksudku belanjaan yeoja cerewet itu.
.
.
.
.
Dengan langkah malas aku berjalan menuju sepedaku yang terparkir bersama kendaraan pengunjung lain di depan kaca etalase Mini Market. Namun sepertinya aku melupakan sesuatu, tapi apa ya?
Sekilas pandanganku terarah pada Apotek yang berada di seberang jalan. Seketika terlintas dibenakku ucapan yeoja tadi saat aku akan pergi ke Mini Market, walaupun suaranya samar-samar, tapi aku masih bisa cukup jelas mendengar perkataannya. Antiseptik dan…. Plaster.
Iya, tadi dia bilang begitu. Tenyata dia perhatian juga, hihi. Dan kurasa aku memang perlu membeli kedua benda itu untuk meredakan luka-lukaku yang cukup lumayan menyiksaku ini.
Jun Hong POV END.


*******-oOo-*******


Author POV.
Sudah sekitar 15menit Seo Rin menuggu Jun Hong –nama namja yang menabraknya tadi- kembali. Ia sedang duduk di trotoar sambil memeriksa luka di sikunya. Sesekali ia mendesis nyeri, merasa perih dengan luka di sikunya itu, walaupun tak separah luka yang dialami Jun Hong, namun rasa sakit yang ia derita lumayan membuatnya tersiksa. Dan kini ia menopang wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena bosan.

eiish~ lama sekali dia… jangan-jangan dia berbelanja sampai ke Incheon, tsk!” gumam Seo Rin.

Beberapa detik kemudian orang yang sejak tadi ditunggu Seo Rin akhirnya kembali dengan 2 kantung belanjaan yang ia gantung di stang sepedanya. Setelah memarkir sepedanya, namja itu berjalan kearah Seo Rin.

igeo~, milikmu!” Ucap Jun Hong sambil menyodorkan 2 kantung belanjaan itu.

Seo Rin mendongak menatap heran belanjaan itu dan Jun Hong bergantian, ia menghebuskan nafas meniup poni yang menutupi kening hingga alisnya.

“kenapa lama sekali? aku pikir kau benar-benar akan kabur.” hujat Seo Rin setelah meraih kedua kantung belanjaan itu dari tangan Jung Hong.

Ya! Aku ini bukan pengecut, aku tidak akan lari dari apa yang seharusnya menjadi tanggungjawabku.” Ucap Jun Hong mantap. “sekarang kembalikan dompet dan ponselku.” Kata Jung Hong sambil menyodorkan tangannya meminta.

Seo Rin mengernyitkan alis mendengar pengakuan dari namja itu, ia pun langsung menyerahkan ponsel dan dompet milik Jun Hong.
‘sepertinya ia sudah membuktikan ucapannya itu, ternyata dia adalah namja yang baik. Aku jadi merasa bersalah karena sudah menuduhnya yang tidak-tidak.’ Pikir Seo Rin.

Yeoja itu pun mencari sesuatu dari dalam kantung belanjaan.

“pakai ini, obatilah lukamu itu.” ucap Seo Rin datar, ia memberikan sebotol kecil antiseptik dan kapas yang sudah dibeli Jun Hong tadi.

Jung Hong menerimanya sambil tersenyum.“Gomawo.”

Seo Rin mengangguk. “kalau begitu aku pulang dulu, dan terimakasih sudah mau mengganti rugi belanjaanku.” Kata Seo Rin dan siap mengayuh sepedanya.

gidaryo. cegah Jung Hong. Yeoja itu menoleh.

Waeyo?” tanyanya bingung.

“Lukamu, kau tidak mengobatinya?” Seo Rin manatap luka di sikunya.

Gwenchana, aku bisa mengobatinya nanti di rumah, aku sedang buru-buru. Aku pergi dulu.” Seo Rin tersenyum manis, lalu segera pergi meninggalkan Jun Hong.

Namja itu masih diam ditempat, terpaku setelah melihat senyuman manis dari Seo Rin. Kemudian tersungging sebuah lengkungan manis dari bibir namja itu hingga dimple di pipi kanannya terlihat menghiasi senyumnya. “walaupun cerewet dan galak, tapi dia cukup lumayan perhatian dan… cantik.” Ujarnya masih menatap punggung Seo Rin yang sudah jauh mengayuh sepedanya hingga tak terlihat lagi.


*******-oOo-*******


“Aku pulang…” ucap Seo Rin ketika sudah sampai di rumah dan langsung menuju dapur. Ia langsung menghampri ibunya yang sedang sibuk dengan berbagai macam bahan untuk membuat kue. Ibu lantas menoleh kearah Seo Rin dengan tatapan sebal.

aigoo Seo Rin-a… kau lama sekali. apa saja yang kau lakukan, eo?” tanya ibu. Seo Rin menundukkan wajahnya.

mianhae eomma… tadi di jalan ada sedikit incident kecil.“ Seo Rin seketika tersadar dengan ucapannya. ‘ups, haduh.. ppabo! kenapa aku bilang begitu..’ rutuknya dalam hati.

Alis ibu bertautan, sedikit aneh dengan jawaban putrinya.

“incident? Incident apa?” tanya ibu dengan nada menyelidik. Cepat-cepat Seo Rin berusaha menyembunyikan sikunya yang terluka kebelakang punggung agar tak terlihat oleh ibu.
Terlihat jelas raut kepanikan dari wajah gadis itu, ia takut bila ibunya mengetahui kejadian ‘tragis’ yang baru saja menimpanya. Ia sangat yakin kalau ibunya sampai tahu, ia pasti harus siap memasang telinga mendengarkan semua omelan ibunya yang bisa dibilang akan menghabiskan waktu berjam-jam itu. walaupun memang kenyataanya bukan sepenuhnya kesalan Seo Rin, namun saking keras kepalanya ibu, ia tidak akan mau menerima pembelaan dari Seo Rin. Yeoja itu sebisa mungkin menunjukkan wajah tenang, berusaha agar ibu tidak curiga.

“euumm… incident… incident bahwa aku lupa jalan pulang, eomma.” Ucap Seo Rin disertai cengiran aneh.

Ibu Seo Rin memicingkan matanya menatap Seo Rin. Orang yang ditatap hanya menaikkan alis dan mengangkat bahu. Setelah itu tatapan ibu kembali normal, lalu kembali berkutat dengan bahan-bahan kue yang siap diolah.

“eish, kau ini. bisa-bisanya lupa jalan pulang.. ya sudah, kau bantu eomma membuat cookies, ne?..” ujar ibu yang sudah mulai mengaduk adonan cookies setengah jadi.

“O, cookies? Wah, eomma adalah eomma terbaik di seluruh dunia… Gomawo eomma…” seru Seo Rin gembira dan memeluk erat ibunya dari belakang.

“eeiittzz, siapa bilang cookies ini untukmu? Cookies ini akan eomma berikan pada keluarga Choi tetangga yang tinggal di sebelah rumah kita. Ibu memberikan cookies ini pada mereka sebagai ucapan terimakasih karena sudah membantu kita mengangkut barang saat pindahan kemarin.” Ujar ibu. Seketika Seo Rin memanyunkan bibirnya lucu dan perlahan melepas pelukannya.

Ibu Seo Rin yang geli melihat ekspresi putrinya itu pun langsung tergelak. “kau ini Seo Rin-a.. eomma ‘kan memasak cookiesnya tidak hanya satu buah, jadi jangan takut kalau kau tidak akan dapat bagian. Eomma akan menyisakan untukmu.” Ujar ibu masih dengan sisa-sisa tawanya.

Ne, arra…” kata Seo Rin disertai dengan cengiran.
Namun setelah itu, “uumm, tapi eomma… aduh, Sepertinya aku harus ke toilet dulu.” Alasan Seo Rin dengan ekspresi dan gelagat yang dibuat seolah-olah ingin buang air kecil.

“hm, tapi setelah itu jangan lupa cuci bersih tanganmu… mengerti?”

“eiish, apa eomma pikir aku ini masih anak-anak?” protes Seo Rin lalu segera pergi menuju toilet. Ibu Seo Rin hanya tersenyum menahan tawa.
.
.
.
.
Seo Rin berjinjit di depan washtafel, berusaha meraih sesuatu dari dalam lemari kaca kecil yang terpajang manis di atas cermin washtafel.
Senyumnya melebar setelah merasa sudah berhasil mendapatkan benda yang ia cari. Sekotak Plaster.
Segera ia cuci bersih luka pada sikunya lalu menempelkan sebuah plaster disana.

“Selesai!” serunya sambil menepuk kecil pada lukanya yang telah tertutup plaster itu.
Setelah itu Seo Rin kembali ke dapur dan langsung berbaur membantu ibu membuat cookies.


*******-oOo-*******


sekitar 1 setengah jam berlalu, dan akhirnya cookies yang Seo Rin dan ibunya masak pun matang dan siap di kemas dalam toples-toples cantik koleksi ibunya.

“Seo Rin-a, Tolong kau antar ini ke rumah keluarga Choi..” pinta ibu lalu menyerahkan toples ukuran sedang yang sudah terisi cookies-cookies manis buatan ibu.

“oke…” ujar Seo Rin.

Yeoja itu pun melenggang santai menuju rumah keluarga Choi yang berada tepat di sebelah rumahnya, area rumah mereka memang hanya di batasi oleh sebuah tembok beton besar. Sekitar 10 meter berjalan, Seo Rin pun sampai di depan rumah keluarga Choi. Dibukanya pintu pagar yang ternyata tidak di kunci itu, dan langsung menuju pintu utama.



Ting Tung!



Belum ada respon apapun dari sang penghuni rumah untuk membuka pintu.



Ting Tung! Ting Tung!



Untuk kedua kalinya Seo Rin menekan bel.



Ceklek~ 

Dan sepertinya kali ini berhasil membuat orang di dalam rumah itu mau membukakan pintunya untuk Seo Rin.

Namun setelah pintu kayu itu terbuka…
Mata hazel yeoja itupun membulat sempurna setelah melihat sosok tinggi  yang sekarang berdiri di ambang pintu tersebut. 



-----TBC------




Baca juga fanfic author lainnya...

[Cafe Latte Love >> ( oneshoot )]


[Good Day (what is Love?) oneshoot]

[Endless Love>> (part 2part 1)]

[I like You the best>> ( oneshoot )]

[love-sacrifice>> ( oneshoot )]

[I'm Your Bestfriend>> oneshoot )]

[On Rainy Day's>> ( oneshoot )]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar