Tittle :
ONLY ONE
Author: Dedew Dewhy / -DaeWy-
Length: chaptered
Main Cast:
-CHOI
JUN HONG a.k.a ZELO ( B.A.P )
-SHIN
SEO RIN ( OC, imagine as you )
-KIM
HIMCHAN ( B.A.P )
-other
cast find by yourself
Genre: comedy romance, school life, family,
friendship.
Rating: T
Warning! Absurd, typo(s) bertebaran.
Happy Reading!!
*******-oOo-*******
Author POV.
“Seo Rin-a, bisa kau tolong eomma?”
tanya seorang wanita paruh baya yang sekarang sudah berdiri didepan Seo Rin.
“Hmm…” sahut Seo Rin tanpa mengalihkan
pandangannya dari arah TV, lalu agak menggeser tubuhnya ke kanan merasa sedikit
terusik dengan tindakan ibunya yang tiba-tiba muncul dan menghalanginya yang
sedang asik menyaksikan Boyband kesayangannya yaitu Super Junior M sedang
perform dalam acara musik Inkigayo.
Ibu Seo Rin berdecak kesal melihat
respon yang diberikan putri sematawayangnya itu padanya. “apanya yang ‘hhmm’ eo?”
Ucapan Ibu Seo Rin berhasil membuat
tatapan yeoja itu beralih padanya.
“Nde
Eomma… mau minta tolong apa?” ucap Seo Rin dengan nada sabar. Namun setelah
itu pandangannya kembali fokus pada TV.
Seperti merasa tidak dihiraukan,
akhirnya Ibu Seo Rin dengan kesal merebut remote TV dari tangan Seo Rin lalu
menekan tombol OFF.
PLIP!
“kyaaaa….Eomma~..!
apa yang eomma lakukan?... tadi
itu Suju M masih perform, Eomma~….”
Protes Seo Rin pada ibunya.
“makanya kalau orang tua sedang bicara
dengarkan baik-baik, arachi?”
Seo Rin hanya diam, bibirnya
mengerucut. wajahnya menunjukkan kekecewaan yang mendalam karena tidak bisa
menyaksikan Super Junior M melakukan Goodbye
stage dengan lagu BREAK DOWN nya
sampai akhir di Inkigayo tadi.
“tidak usah menunjukkan wajah yang
jelek seperti itu… ini, tolong kau pergi belikan eomma tepung dan telur, persediaan di dapur sudah habis.” Kata Ibu
sambil menyerahkan selembar uang pecahan 10.000 Won pada Seo Rin.
Seo Rin menerima uang itu dengan
gerakan malas. “tapi Eomma, kita ‘kan
baru 2 hari pindah ke Seoul, aku masih belum hafal jalanan di daerah sini,
nanti kalau aku tersesat bagaimana?”
“aigoo,
Seo Rin-a kau ini… banyak alasan. kau
‘kan bukan anak kecil lagi, mana mungkin kau tersesat. Lagipula mini marketnya
hanya berjarak 200 meter dari rumah kita.”
“Ne,
Ne… arraseo…” Seo Rin pun segera bangkit dari duduknya dan melenggang pergi.
“uuhhh, Eomma yang cerewet… bagaimana
bisa dulu Appa jatuh cinta pada Eomma yang cerewet seperti itu.” Gumam
Seo Rin.
“eh? apa kau bilang?” tanya Ibu
setelah dengan samar—samar mendengar gumaman Seo Rin tadi.
‘gawat!’ pikir Seo Rin membelalakkan
mata.
“eoh,
Aniya Eomma… aku tidak bilang apa-apa. He^^… aku pergi dulu..!!” kata Seo
Rin lalu berjalan cepat menuju pintu.
“hhaaiizzhh…
anak itu, benar-benar!!” gerutu ibu.
*******-oOo-*******
Setelah
selesai dengan acara belanja ‘terpaksa’nya. Seo Rin pun pulang dengan
menggunakan sepeda Folding pemberian
Ayahnya ketika Seo Rin berulang tahun yang ke-14. Sepeda itu sebenarnya memang
permintaan Seo Rin sendiri pada ayahnya, karena Seo Rin merasa dengan bepergian
mengendarai sepeda dapat mengurangi polusi udara yang sekarang menjadi masalah
terbesar di Bumi ini. Sejak masih SMP, Seo Rin memang aktif di setiap
eksrakulikuler sekolah yang ber-lebel-kan peduli lingkungan. Saat dulu sebelum
memiliki sepeda, Seo Rin berangkat ke sekolah dan berpergian ke tempat yang tak
terlalu jauh dengan berjalan kaki.
Dan setelah
sepeda folding itu ia dapatkan, ia
semakin gencar menyuarakan kampanye ‘ANTI GLOBAL WARMING’ dengan pergi
kemanapun hanya menggunakan sepeda. Bagi yeoja yang juga seorang ELF itu, berpergian kemanapun tanpa
meninggalkan ‘jejak’ yang dapat mengakibatkan pemanasan global itu adalah hal
wajib!
Bahkan ketika
Seo Rin dan kedua orang tuanya masih
tinggal di Incheon, kala itu Seo Rin sekeluarga pernah akan pergi liburan ke rumah
nenek dan kakeknya di Daegu. Seandainya bisa, ia berpikir ingin pergi kesana
dengan menggunakan sepeda. Jelas saja saat itu juga sebuah sentilan dari ibunya
melayang ke kening Seo Rin. Yang benar saja, dari Incheon ke Daegu itu dipisahkan
jarak yang sangat jauh, mana mungkin bisa mereka sekeluarga kesana dengan hanya
menggunakan sepeda -_-.
Tetapi mungkin
saja itu bisa terjadi, namun jangan harap Ibu Seo Rin mau melakukannya, menurutnya
itu hanya buang-buang waktu. Untuk apa ada transportasi maju di Zaman sekarang
kalau untuk berpergian jauh harus menggunakan sepeda.. haha, ada-ada saja..
Saat dalam
perjalanan pulang, tiba-tiba dari arah depan muncul seorang namja yang
mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi dan menunjukkan ekspresi panik bukan
main. “kkyaaaa… geokiseo naga (menyingkirlah dari situ)!!!!”
Seo Rin
terbelalak, ia tak sempat menghindar dan akhirnya namja itu menabrak Seo Rin
beserta sepedanya.
GGEDUBBBRRAAKK!!!!!
Seketika mereka
berdua terjatuh dengan posisi Seo Rin tertimpa sepedanya sendiri, sedangkan namja
itu tersungkur bersama sepedanya.
Seo Rin POV.
“sshhh.... appo~…” ringisku ketika aku
merasakan nyeri dan perih pada siku-ku. Aaahh~ namja ini benar-benar!
“ya! Kau ini! Bisa mengendarai sepeda
tidak eoh?!” tanyaku padanya dengan
nada kesal. Geurae aku kesal! Sangat
kesal! Dasar tidak tau aturan, mengendarai sepeda saja ugal-ugalan sampai
memakan korban luka-luka seperti yang menimpaku ini. Aku melirik belanjaanku
yang sudah berserakan di jalan. Tepung dan telur yang ku beli sudah tak
berbentuk lagi.
“Jongsuhamnida~… rem sepeda ku sedang
rusak, aku tidak bisa mengendalikannya saat melalui jalan menurun itu. Neo gwenchanayo?” ujarnya dengan nada
penuh penyesalan. lalu ia berjalan agak terpincang kearahku dan berusaha membantuku
terbebas dari sepeda yang menindihku. Ku lihat lututnya terluka, dan pipi
kirinya tergores. Namun aku tak mau peduli! Ini semua kesalahannya.
“gwenchana kau bilang?! Yaak, Lihatlah ini. siku-ku berdarah, Sakit tau! Dan lihat itu,
belanjaanku hancur! Kau harus menggantinya.”
“Ne, arraseo… aku akan menggantinya.
Tunggulah disini.”
Ia berbalik
pergi dan menuntun sepedanya, ia terlihat sedikit meringis menahan sakit sambil
menggigit bibir bawahnya. sebenarnya Aku merasa sedikit kasihan sih dengan
kondisinya yang seperti itu, tapi ‘kan ini semua terjadi karena kesalahannya
sendiri. Sudah tau rem sepedanya rusak, tapi masih juga tidak hati-hati
mengendarainya, dan ini ‘kan hasilnya.
Eh, sebentar.
Siapa yang tau kalau dia tidak akan berbohong, maksudku apa dia benar-benar
akan pergi ke mini market dan mengganti semua belanjaanku? Jangan-jangan dia
sudah merencanakan untuk kabur! Aahhh~ ini tidak bisa dibiarkan, aku tidak
boleh dengan mudahnya percaya padanya, apalagi aku warga baru disini, Mungkin
saja dia mau menipuku.
“ya! Chamkanman!....”
“ada apa
lagi?” ujarnya lalu menengok kearahku.
“bagaimana
aku bisa percaya padamu kalau kau akan ganti rugi? Mungkin saja setelah ini kau
akan kabur…”
Ia menggeram.
Hey, apa dia marah padaku? Apa hak dia bersikap begitu padaku? Jelas-jelas dia
yang salah.
ia memarkir
sepedanya sembarangan, lalu berjalan kearahku. Kemudian ia merogoh saku celananya.
“ini, ambil
ponselku. Itu sebagai jaminan jika aku nanti KABUR.” Ucapnya datar lalu menaruh
ponsel itu dengan paksa di tanganku. Namun diakhir kalimatnya, tepatnya pada
kata ‘kabur’, sedikit ia mendelik kearahku.
“ponsel?
Hanya ini?... hei, aku tidak bodoh.. siapa tau kau punya ponsel lebih dari
satu. Dan saat kau kabur, kau tidak perlu menghawatirkan ponselmu yang kau
sebut sebagai jaminan ini ‘kan??” ucapku sambil menggerak-gerakkan ponsel
android itu di depan wajahnya.
“yak! Kau ini, aku hanya punya satu
ponsel. Kalau kau masih tidak percaya, kau boleh memeriksanya.” Ujarnya, lebih
tepatnya ia sedang membentakku. Ia berjalan makin mendekat padaku sambil
berkacak pinggang. Refleks akupun mundur selangkah, sedikit tersentak karena
nada bicaranya yang mulai meninggi.
Aku mendongak
menatapnya dengan tatapan heran. lalu aku memperhatikannya dari ujung kepala
hingga ujung kaki dengan seksama. Ku lihat ia hanya menggunakan T-Shirt hitam,
celana jeans selutut, dan memakai sepatu sneakers. Pakaian yang ia kenakan
cukup simple dan santai.
Namja ini
benar-benar sangat tinggi, bila di bandingkan denganku yang hanya memiliki
postur tubuh setinggi pundaknya saja. Tapi wajahnya benar-benar seperti
anak-anak, cukup lumayan eerr… manis. Kulitnya juga putih dan mulus seperti
bayi. Hei, apa-apa’an aku ini? Kenapa malah jadi terpesona dengan namja teledor
ini.. hhaaiisshh… aku menggeleng kuat
untuk menghilangkan pikiran-pikiran anehku tentang namja ini.
“ada apa
denganmu?” tanya namja itu sambil menaikkan sebelah alisnya.
“eh? Ani~… eumm.. itu, saku celana sebelah
kananmu itu. keluarkan isinya. Aku ingin tau.” Ucapku sambil menunjuk saku
celana sebelah kanannya dengan daguku.
Ia berdecak.
Lalu ia merogoh lagi saku yang ku tunjuk tadi. Sebuah dompet.
“pegang ini,
hanya dua benda itu yang ada dalam sakuku. sekarang kau puas? Sudah percaya
atau masih mencurigaiku?”
Aku menghela
nafas. Kurasa tidak ada lagi yang perlu di curigai dari namja ini.
“baiklah, aku
percaya padamu… jadi sekarang cepatlah sana pergi ke Mini Market. Aku akan
menuggu disini.”
Ia hanya
mendengus dan pergi meninggalkanku. Baru beberapa meter ia berjalan di depanku,
ia menghentikan langkahnya dan menepuk keningnya. kemudian ia berbalik lagi dan
berjalan kearahku.
“ada apa
lagi?” tanyaku padanya.
“dompetku,
semua uangku ada disitu. Mana mungkin aku belanja tanpa uang.” Ia merebut
dompetnya dari tanganku, lalu mengambil beberapa lembar uang di dalamnya.
Kemudian memberikan kembali dompet itu padaku.
tanpa berkata
apapun ia pergi. Ia meringis kesakitan lagi saat mulai mengayuh sepedanya,
lututnya masih mengeluarkan darah. Namja itu, kasihan juga sih melihatnya. Apa
aku sudah keterlaluan ya.. haduh, kenapa aku jadi merasa bersalah begini…
“yaa! Neo! Belilah antiseptik dan plaster
agar lukamu itu cepat sembuh!” kataku dengan suara agak keras, ini karena ia
sudah lumayan jauh pergi. Ku harap ia mendengarku.
Seo Rin POV END.
*******-oOo-*******
@Mini Market
Jun Hong POV.
Sekarang aku
sedang berdiri berbaris di depan meja kasir, menunggu giliranku untuk membayar.
“aaww… ssshh~…” ringisku saat aku
mulai merasakan perih di pipi kiriku. Ahh~ aku tidak menyadari kalau ternyata
selain lututku, pipi kiriku juga terluka rupanya.
Sungguh hari
minggu yang sangat menyebalkan. Sudah kalah telak bermain PS dengan Jong Up,
aku lupa ke bengkel untuk memperbaiki rem sepedaku, menabrak yeoja cerewet itu,
lutut dan pipiku luka, dan sekarang aku harus mengganti rugi belanjaan yeoja
cerewet yang kutabrak tadi. Ya, aku menyadari aku yang salah, maka dari itu aku
harus bertanggungjawab mengganti rugi belanjaan yeoja itu yang hancur tak
bersisa. Tapi sepertinya aku baru pertama kali melihatnya disini, apa mungkin
dia warga baru di daerah ini?...
Aku maju satu
langkah kedepan. Yap, sekarang adalah giliranku membayar.
“semuanya 8.000
Won..” ucap noona penjaga kasir
setelah menghitung semua belanjaanku, ah~ maksudku belanjaan yeoja cerewet itu.
.
.
.
.
Dengan
langkah malas aku berjalan menuju sepedaku yang terparkir bersama kendaraan
pengunjung lain di depan kaca etalase Mini Market. Namun sepertinya aku
melupakan sesuatu, tapi apa ya?
Sekilas
pandanganku terarah pada Apotek yang berada di seberang jalan. Seketika
terlintas dibenakku ucapan yeoja tadi saat aku akan pergi ke Mini Market,
walaupun suaranya samar-samar, tapi aku masih bisa cukup jelas mendengar
perkataannya. Antiseptik dan…. Plaster.
Iya, tadi dia
bilang begitu. Tenyata dia perhatian juga, hihi. Dan kurasa aku memang perlu
membeli kedua benda itu untuk meredakan luka-lukaku yang cukup lumayan
menyiksaku ini.
Jun Hong POV END.
*******-oOo-*******
Author POV.
Sudah sekitar
15menit Seo Rin menuggu Jun Hong –nama namja yang menabraknya tadi- kembali. Ia
sedang duduk di trotoar sambil memeriksa luka di sikunya. Sesekali ia mendesis
nyeri, merasa perih dengan luka di sikunya itu, walaupun tak separah luka yang
dialami Jun Hong, namun rasa sakit yang ia derita lumayan membuatnya tersiksa.
Dan kini ia menopang wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena bosan.
“eiish~ lama sekali dia… jangan-jangan dia
berbelanja sampai ke Incheon, tsk!” gumam
Seo Rin.
Beberapa
detik kemudian orang yang sejak tadi ditunggu Seo Rin akhirnya kembali dengan 2
kantung belanjaan yang ia gantung di stang sepedanya. Setelah memarkir
sepedanya, namja itu berjalan kearah Seo Rin.
“igeo~, milikmu!” Ucap Jun Hong sambil
menyodorkan 2 kantung belanjaan itu.
Seo Rin
mendongak menatap heran belanjaan itu dan Jun Hong bergantian, ia menghebuskan
nafas meniup poni yang menutupi kening hingga alisnya.
“kenapa lama
sekali? aku pikir kau benar-benar akan kabur.” hujat Seo Rin setelah meraih
kedua kantung belanjaan itu dari tangan Jung Hong.
“Ya! Aku ini bukan pengecut, aku tidak
akan lari dari apa yang seharusnya menjadi tanggungjawabku.” Ucap Jun Hong
mantap. “sekarang kembalikan dompet dan ponselku.” Kata Jung Hong sambil
menyodorkan tangannya meminta.
Seo Rin mengernyitkan
alis mendengar pengakuan dari namja itu, ia pun langsung menyerahkan ponsel dan
dompet milik Jun Hong.
‘sepertinya
ia sudah membuktikan ucapannya itu, ternyata dia adalah namja yang baik. Aku
jadi merasa bersalah karena sudah menuduhnya yang tidak-tidak.’ Pikir Seo Rin.
Yeoja itu pun
mencari sesuatu dari dalam kantung belanjaan.
“pakai ini,
obatilah lukamu itu.” ucap Seo Rin datar, ia memberikan sebotol kecil
antiseptik dan kapas yang sudah dibeli Jun Hong tadi.
Jung Hong
menerimanya sambil tersenyum.“Gomawo.”
Seo Rin mengangguk.
“kalau begitu aku pulang dulu, dan terimakasih sudah mau mengganti rugi
belanjaanku.” Kata Seo Rin dan siap mengayuh sepedanya.
“gidaryo”. cegah Jung Hong. Yeoja itu menoleh.
“Waeyo?” tanyanya bingung.
“Lukamu, kau
tidak mengobatinya?” Seo Rin manatap luka di sikunya.
“Gwenchana, aku bisa mengobatinya nanti
di rumah, aku sedang buru-buru. Aku pergi dulu.” Seo Rin tersenyum manis, lalu
segera pergi meninggalkan Jun Hong.
Namja itu
masih diam ditempat, terpaku setelah melihat senyuman manis dari Seo Rin.
Kemudian tersungging sebuah lengkungan manis dari bibir namja itu hingga dimple di pipi kanannya terlihat
menghiasi senyumnya. “walaupun cerewet dan galak, tapi dia cukup lumayan
perhatian dan… cantik.” Ujarnya masih menatap punggung Seo Rin yang sudah jauh
mengayuh sepedanya hingga tak terlihat lagi.
*******-oOo-*******
“Aku pulang…”
ucap Seo Rin ketika sudah sampai di rumah dan langsung menuju dapur. Ia
langsung menghampri ibunya yang sedang sibuk dengan berbagai macam bahan untuk
membuat kue. Ibu lantas menoleh kearah Seo Rin dengan tatapan sebal.
“aigoo Seo Rin-a… kau lama sekali. apa
saja yang kau lakukan, eo?” tanya
ibu. Seo Rin menundukkan wajahnya.
“mianhae eomma… tadi di jalan ada sedikit
incident kecil.“ Seo Rin seketika tersadar dengan ucapannya. ‘ups, haduh.. ppabo! kenapa aku bilang begitu..’
rutuknya dalam hati.
Alis ibu
bertautan, sedikit aneh dengan jawaban putrinya.
“incident?
Incident apa?” tanya ibu dengan nada menyelidik. Cepat-cepat Seo Rin berusaha
menyembunyikan sikunya yang terluka kebelakang punggung agar tak terlihat oleh
ibu.
Terlihat
jelas raut kepanikan dari wajah gadis itu, ia takut bila ibunya mengetahui
kejadian ‘tragis’ yang baru saja menimpanya. Ia sangat yakin kalau ibunya
sampai tahu, ia pasti harus siap memasang telinga mendengarkan semua omelan
ibunya yang bisa dibilang akan menghabiskan waktu berjam-jam itu. walaupun
memang kenyataanya bukan sepenuhnya kesalan Seo Rin, namun saking keras
kepalanya ibu, ia tidak akan mau menerima pembelaan dari Seo Rin. Yeoja itu
sebisa mungkin menunjukkan wajah tenang, berusaha agar ibu tidak curiga.
“euumm…
incident… incident bahwa aku lupa jalan pulang, eomma.” Ucap Seo Rin disertai cengiran aneh.
Ibu Seo Rin
memicingkan matanya menatap Seo Rin. Orang yang ditatap hanya menaikkan alis
dan mengangkat bahu. Setelah itu tatapan ibu kembali normal, lalu kembali
berkutat dengan bahan-bahan kue yang siap diolah.
“eish, kau
ini. bisa-bisanya lupa jalan pulang.. ya sudah, kau bantu eomma membuat cookies, ne?..”
ujar ibu yang sudah mulai mengaduk adonan cookies setengah jadi.
“O, cookies?
Wah, eomma adalah eomma terbaik di seluruh dunia… Gomawo eomma…” seru Seo Rin gembira dan
memeluk erat ibunya dari belakang.
“eeiittzz,
siapa bilang cookies ini untukmu? Cookies ini akan eomma berikan pada keluarga Choi tetangga yang tinggal di sebelah
rumah kita. Ibu memberikan cookies ini pada mereka sebagai ucapan terimakasih
karena sudah membantu kita mengangkut barang saat pindahan kemarin.” Ujar ibu.
Seketika Seo Rin memanyunkan bibirnya lucu dan perlahan melepas pelukannya.
Ibu Seo Rin
yang geli melihat ekspresi putrinya itu pun langsung tergelak. “kau ini Seo
Rin-a.. eomma ‘kan memasak cookiesnya tidak hanya satu buah, jadi jangan
takut kalau kau tidak akan dapat bagian. Eomma
akan menyisakan untukmu.” Ujar ibu masih dengan sisa-sisa tawanya.
“Ne, arra…” kata Seo Rin disertai dengan
cengiran.
Namun setelah
itu, “uumm, tapi eomma… aduh,
Sepertinya aku harus ke toilet dulu.” Alasan Seo Rin dengan ekspresi dan
gelagat yang dibuat seolah-olah ingin buang air kecil.
“hm, tapi
setelah itu jangan lupa cuci bersih tanganmu… mengerti?”
“eiish, apa eomma pikir aku ini masih anak-anak?” protes
Seo Rin lalu segera pergi menuju toilet. Ibu Seo Rin hanya tersenyum menahan
tawa.
.
.
.
.
Seo Rin
berjinjit di depan washtafel, berusaha meraih sesuatu dari dalam lemari kaca
kecil yang terpajang manis di atas cermin washtafel.
Senyumnya
melebar setelah merasa sudah berhasil mendapatkan benda yang ia cari. Sekotak
Plaster.
Segera ia
cuci bersih luka pada sikunya lalu menempelkan sebuah plaster disana.
“Selesai!”
serunya sambil menepuk kecil pada lukanya yang telah tertutup plaster itu.
Setelah itu Seo
Rin kembali ke dapur dan langsung berbaur membantu ibu membuat cookies.
*******-oOo-*******
sekitar 1
setengah jam berlalu, dan akhirnya cookies yang Seo Rin dan ibunya masak pun
matang dan siap di kemas dalam toples-toples cantik koleksi ibunya.
“Seo Rin-a, Tolong kau antar ini ke rumah
keluarga Choi..” pinta ibu lalu menyerahkan toples ukuran sedang yang sudah
terisi cookies-cookies manis buatan ibu.
“oke…” ujar
Seo Rin.
Yeoja itu pun
melenggang santai menuju rumah keluarga Choi yang berada tepat di sebelah
rumahnya, area rumah mereka memang hanya di batasi oleh sebuah tembok beton
besar. Sekitar 10 meter berjalan, Seo Rin pun sampai di depan rumah keluarga
Choi. Dibukanya pintu pagar yang ternyata tidak di kunci itu, dan langsung
menuju pintu utama.
Ting Tung!
Belum ada
respon apapun dari sang penghuni rumah untuk membuka pintu.
Ting Tung! Ting Tung!
Untuk kedua
kalinya Seo Rin menekan bel.
Ceklek~
Dan
sepertinya kali ini berhasil membuat orang di dalam rumah itu mau membukakan
pintunya untuk Seo Rin.
Namun setelah
pintu kayu itu terbuka…
Mata hazel
yeoja itupun membulat sempurna setelah melihat sosok tinggi yang sekarang berdiri di ambang pintu
tersebut.
-----TBC------
Baca juga fanfic author lainnya...
[Cafe Latte Love >> ( oneshoot )]
[Good Day (what is Love?) oneshoot]
[Endless Love>> (part 2, part 1)]
[I like You the best>> ( oneshoot )]
[love-sacrifice>> ( oneshoot )]
[I'm Your Bestfriend>> ( oneshoot )]
[On Rainy Day's>> ( oneshoot )]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar