Belajar bahasa Korea

Jumat, 24 Mei 2013

[FF] ONLY ONE (Chapter 4)





Tittle   : ONLY ONE

Author : Dedew Dewhy /  -DaeWy-

Length : chaptered

Cast:
-CHOI JUN HONG a.k.a ZELO 
-SHIN SEO RIN ( OC, imagine as you )
-KIM HIMCHAN 
-MOON JONG UP
-JEON HYOSUNG (SECRET)
-other cast find by yourself

Genre: comedy romance, school life, family, friendship.

Rating: T

Warning! Absurd BIN Abal, Gaje tingkat provinsi... typo(s) everywhere... 
...
...
...
...

happy reading!!







Previous:
“kalau begitu ayolah temani aku… jebal~.

Eish, yeoja ini benar-benar membuatku muak! Kau tidak dengar hah? Himchan tidak ingin pergi bersamamu!

Himchan melirik kearahku sejenak, lalu ia mulai beranjak dari bangkunya, dan sangat terlihat jelas raut keterpaksaan dari wajahnya, “baiklah… aku akan menemanimu..”

Hyosung tampak sangat gembira karena berhasil membuat Himchan berubah pikiran.

Gomawo chagi-ya…” ucapan yeoja itu sukses membuat mataku membulat hebat. Apa dia bilang tadi? Chagi-ya? Dia memanggil Himchan, Chagi-ya?!!

..
..
..
..
..

Pandanganku masih tertuju pada dua sosok yang  sudah menjauh meninggalkanku. Beberapa langkah sebelum mereka menghilang di balik pintu, Hyosung terlihat menoleh padaku seraya menunjukkan sebuah seringai dan tatapan seperti meremehkan.
Heish dasar siluman rubah!!! Apa maksud dia menunjukkan tampang seperti itu padaku eoh? Tsk!
Sebenarnya yeoja yang bernama Hyosung itu siapa? Apa mereka berpacaran?
Kalau itu benar, berarti sudah tidak ada lagi kesempatan untukku. Hhhuumm~~… Shin Seo Rin, kau sungguh menyedihkan. -_-
Seo Rin POV END.



Author POV.
Gadis itu menaruh kepalanya diatas meja. Bibirnya menggerutu tak jelas, beberapa kali ia menghela nafas yang cukup panjang, berusaha menstabilkan rasa sakit dan kesal dalam hatinya. Walaupun ia belum tau jelas hubungan antara Himchan dan gadis yang bernama Hyosung itu, namun ia merasa bahwa diantara mereka berdua pasti terjalin sebuah hubungan yang cukup dekat. Entah hubungan yang seperti apa itu.

Disela-sela rasa galau yang tengah menyelimutinya, gadis itu merasakan penghuni perutnya sudah mulai memberontak, memintanya untuk segera memberi mereka asupan makanan. Seo Rin pun lantas mengambil kotak bekal yang sempat menjadi sumber dari keributan Seo Rin dan Ibunya tadi pagi.
Seo Rin pun mengambil salah satu roti gandum di dalamnya.

“heh, kau! Siluman rubah! Asal kau tau ya, kau itu tidak pantas disandingkan dengan Himchan! Tau tidak huh!!?” Seo Rin berbicara pada roti gandum di genggamannya dan menatap geram pada roti yang tak bersalah itu. kemudian melahapnya dengan kasar, seolah ia sedang melampiaskan seluruh kekesalannya terhadap Hyosung pada roti gandum itu.


*******-oOo-*******


Sementara itu di kelas lain, terlihat seorang pemuda berambut keabu-abuan sedang sibuk berkutat dengan berlembar-lembar kertas yang tak lain adalah tugas dari hukuman yang wajib ia selesaikan. Ia sengaja pindah duduk ke kursi kosong paling belakang agar bisa leluasa mengerjakan tugas yang di titahkan oleh Miss Jane padanya. pelajaran jam terakhir adalah muatan lokal, jadi tidak terlalu bermasalah jika Jun Hong –pemuda berambut keabu-abuan itu- tidak begitu mengikuti pelajaran tersebut. lagipula Jun Hong seperti itu hanya untuk hari ini saja, karena tidak mungkin kalau ia meninggalkan begitu saja tugas essainya, bisa-bisa bukan hanya omelan yang akan ia dapat dari Miss Jane, tapi Miss Jane tidak akan segan-segan memberi nilai merah di raportnya kelak. Benar-benar sebuah mimpi buruk untuk semua pelajar di seluruh dunia apabila di raportnya terdapat nilai merah, dan Jun Hong tidak mau mimpi buruk itu terjadi padanya.
..
..
..
..
Lima menit lagi jarum jam akan menunjuk pukul 16.00 tepat, sebentar lagi bel tanda pulang sekolah akan berdering. Dan Itu tandanya waktu untuk Jun Hong mengerjakan essai juga akan berakhir. Raut kegelisahan sudah semakin jelas terlukis di wajah tampan Jun Hong. rasa keram ditangannya karena terlalu lama menulis pun semakin terasa, sakit. Namun sebisa mungkin ia mencoba menahannya. Begitu juga rasa lapar yang mulai menyerangnya.

“ayolah Choi  Jun Hong, kau pasti bisa! Tinggal 8 lembar lagi! Faighting faighting!!” gumam Jun Hong menyemangati dirinya sendiri.
..
..
..
..
KKKKRRRRIIIIINNNGGG!!!



Jun Hong mendongak cepat dan pandangannya langsung tertuju pada jam dinding yang sudah menunjuk tepat pukul 4 sore.

Seluruh siswa pun sudah mulai mengemasi alat tulis mereka untuk bersiap pulang. Sedangkan Jun Hong berusaha mempercepat gerakan menulisnya. Ia berharap agar Miss Jane memperlambat langkahnya menuju kelas agar lebih banyak lagi waktu untuknya mengerjakan essai yang tinggal beberapa lembar lagi itu.

“Jun Hong-a, masih ada berapa lembar lagi?” tanya Jong Up yang sudah duduk di sebelah Jun Hong, semua siswa sudah berhambur keluar dan meninggalkan mereka berdua di kelas.

“tiga lembar,… dan sepertinya aku sudah mulai merasakan tanganku ini hampir patah.” Keluh Jun Hong.

“sini, aku bantu menyelesaikannya.” Jong Up mengambil selembar kertas yang masih kosong. Namun Jun Hong langsung merebutnya dari tangan Jong Up.

andwae.., biar aku saja yang mengerjakannya, inikan hukumanku. Jadi aku harus mengerjakannya sendiri, terimakasih sudah mau membantuku, tapi aku bisa melakukannya sendiri.”

“kau yakin tidak butuh bantuanku?”

Jun Hong mengangguk, “Nde, kau pulanglah duluan. Bukankah kau juga harus mengerjakan tugas ini..”

“ya sudah kalau begitu, aku pulang ya…” Jong Up mulai beranjak. Namun sebelum ia melangkah, Jong Up kembali duduk dan kemudian merogoh isi tasnya.

“pakailah ini. kau bilang pergelangan tanganmu sedang sakit, jangan kau biarkan seperti itu. bisa-bisa memar apabila tidak segera di obati.” Jong Up memberikan sebotol kecil spray peregang otot pada Jun Hong.
Tidak heran lagi bila Jong Up selalu membawa benda seperti itu dalam tasnya, karena Jong Up adalah seorang dancer yang setiap saat bisa saja mengalami cedera otot apabila sedang latihan.
Jong Up merupakan dancer kebanggaan sekolahnya, di tahun pertama mereka bersekolah saja sudah banyak prestasi yang ditorehkan oleh Jong Up, beberapa kali ia berhasil memboyong piala mewakili sekolah dalam berbagai lomba dance.

Jun Hong tersenyum dan menerima botol itu. “Gomawo Jong Up-a... Aku pasti akan memakainya.”

Cheonma~, berjuanglah Jun Hong-a!!….” ujar Jong Up sambil mengepalkan kedua tangannya di udara sebagai tanda memberi semangat. Jun Hong mengangguk mantap untuk menanggapinya.
Kemudian Jong Up berjalan keluar meninggalkan Jun Hong. pemuda itu kembali melanjutkan kegiatan menulisnya.
Author POV END.


*******-oOo-*******


Seo Rin POV.
aahh~ sudah waktunya pulang…. Sungguh melelahkan untuk hari pertamaku menjadi murid baru. Eh sebentar, kemana namja tiang listrik itu? seharusnya dia sudah keluar kelas kan… tapi kenapa aku belum melihat sosoknya? Hei, dia itu memiliki postur tubuh yang tinggi, seharusnya aku akan dengan mudahnya menemukan sosoknya…
namun saat aku menuruni tangga, tanpa sengaja aku melihat Hyosung dan Himchan sedang berbicara tepat didasar anak tangga yang akan kulewati. Dan sepertinya perbincangan mereka berdua sangat serius.
Aku akan mencoba berjalan pelan agar tidak mengganggu mereka.

“apa kau tau seberapa besarnya aku mencintaimu, huh? Bahkan aku merasa kalau kau tidak pernah mau peduli dengan hal itu.” tak sengaja suara Hyosung tertangkap oleh indera pendengaranku. Dari suaranya sepertinya Hyosung sedang berusaha menahan tangis. Tangis? Hyosung menangis? Rasa ingin tahuku sekarang begitu membuncah, aku benar-benar ingin tahu seperti apa hubungan yang terjalin diantara mereka berdua. Aku pun mencoba menentukan jarakku dengan mereka agar aku bisa dengan mudah mendengar pembicaraan mereka tanpa sepengetahuan mereka.

“Hyosung-a, dengarkan aku. Aku menyayangimu, namun rasa sayangku itu hanya sebatas rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Bukankah sudah sering kukatakan? Tapi kenapa kau sama sekali tidak mau mengerti…”

“kau memang sudah sering mengatakannya. Aku bahkan sudah sangat hafal. Tapi kau tau kan? Orang tua kita sudah menjodohkan kita. Itu artinya kelak kita berdua akan segera menikah. Dan sampai sekarang kau bahkan masih mengangapku hanya sebagai adik?!... kau keterlaluan Kim Himchan!!..” setelah mengatakan itu, air bening pun luruh begitu saja dari pelupuk mata Hyosung dan membasahi pipinya.

Aku terbelalak hebat begitu mendengar penuturan Hyosung. Jadi, mereka berdua sudah dijodohkan?
kenapa semua ini begitu cepat, baru beberapa jam yang lalu aku jatuh cinta, namun tiba-tiba sekarang aku mengetahui sebuah kenyataan bahwa namja yang baru saja kucintai telah menjadi milik orang lain, walaupun diantara mereka belum terjalin sebuah ikatan, tapi sebuah kata ‘PERJODOHAN’ sudah jelas menunjukkan suatu ikatan sakral sepasang insan manusia yang akan  terjalin tidak lama lagi.

“Hyosung-a….” Jari-jari tangan Himchan bergerak mengusap air mata Hyosung.  “aku mohon jangan menangis, maafkan aku… aku belum bisa membuat hatiku merasakan perasaan seperti yang kau inginkan. Namun aku akan selalu menyayangi dan melindungimu sebagai adikku.”

“bukan hal itu yang aku mau darimu!” Hyosung menghempaskan tangan Himchan dari pipinnya.

“Aku ingin kau mencintaiku? Sejak kecil kita selalu bersama, kau memang selalu melindungiku, tapi apakah sekarang kau sama sekali tidak ingin membuka hatimu untukku, untuk mencintaiku?”

Himchan hanya terdiam, memandang Hyosung penuh makna.
Satu hal lagi yang kuketahui tentang hubungan mereka. Ternyata mereka sudah bersama sejak kecil, pantas saja sikap Hyosung pada Himchan begitu tidak biasa. Bila dibandingkan denganku yang baru hari ini mengenal Himchan, diriku sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan Hyosung. dan  sepertinya Hyosung benar-benar sangat mencintai Himchan.

 “Kim Himchan, jawab aku…” desak Hyosung lirih.

Himchan mengusap pelan puncak kepala yeoja berambut coklat bergelombang itu. “mianhae Hyosung-a…aku tidak bisa… aku harap kau mau mengerti.”

Hyosung menghela nafas berat, seperti mencoba mengumpulkan kekuatan untuk memperkokoh hatinya. Walau air mata masih juga belum berhenti keluar dari pelupuk matanya.
Lama-kelamaan aku merasa iba pada yeoja itu. walaupun dia adalah si siluman rubah yang menyebalkan, tapi tetap saja dia adalah seorang perempuan sepertiku, tentu aku tau bagaimana perasaanya sekarang.

Hyosung mengusap kasar air matanya. “baiklah, kalau itu keputusanmu, Aku tidak akan memaksamu lagi. Namun aku akan tetap menunggumu untuk mencintaiku, walaupun aku tidak tau kapankah hari itu akan datang. Dan aku tidak akan membiarkan seorangpun merebutmu dariku. ”

Himchan memilih tak bersuara untuk menanggapi pernyataan Hyosung.
Hyosung berbalik badan dan melangkah pergi meninggalkan Himchan yang masih mematung ditempat. Himchan masih terdiam menatap punggung Hyosung yang sudah menjauh, kemudian tiba-tiba Himchan menoleh kearahku yang masih pada posisiku sebelumnya. Himchan, Dia mengetahui keberadaanku. Apakah dia sudah mengetahuinya sejak tadi.?
Himchan masih menatapku. Lama, sangat lama. Sorot matanya sama sekali tidak bisa untuk ku artikan maknanya. Membuatku serasa ingin angkat kaki dan segera pergi dari tempat ini, namun entah kekuatan apa yang menahanku agar tidak beranjak begitu saja.
Aku menunduk dalam, aku merasa seperti seorang pencuri yang kepergok saat sedang beraksi, dan bersiap untuk dihakimi massa.

“maafkan atas kelancangan sikapku yang menguping pembicaraan kalian. Aku benar-benar menyesal. Aku berjanji tidak akan bergosip tentang hal ini pada orang lain.. kau bisa pegang omonganku… jadi aku mohon maafkan aku… maaf.. maaf.” Beberapa kali aku membungkuk dalam, tanda bahwa aku benar-benar menyesali perbuatanku.

“apa yang sedang noona lakukan? Noona berbicara dengan siapa?” suara itu, suara seorang namja, namun itu bukan suara Himchan. Melainkan suara dari….

“Choi Jun Hong…?!” namja itu sudah berdiri di depanku sambil menunjukkan ekspresi bingungnya. Aku pun langsung menyebarkan pandanganku mencari sosok Himchan, namun sosok yang ku cari sudah tidak terlihat lagi, entah sejak kapan ia pergi. Apakah dia marah padaku?
noona sedang mencari siapa?” tanya Jun Hong.
“euhmm.. Ti, tidak. bukan siapa-siapa.” Tidak mungkin aku memberitahunya, itu hanya akan merumitkan masalah saja.
“heh, kau… kenapa lama sekali huh? Aku mencarimu kemana-mana. kau tau, hampir saja aku pulang duluan tadi.” Ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“maaf… tadi aku harus mengerjakan tugas yang wajib kuselesaikan sebelum pulang sekolah.” tutur Jun Hong menjelaskan.
“baiklah, aku maafkan… ya sudah ayo kita pulang..”


*******-oOo-*******


“kenapa pelan sekali jalannya? Hei, cepatlah sedikit, sebentar lagi akan turun hujan.”
Namun Jun Hong malah menghentikan kayuhan sepedanya.
“ada apa? Kenapa berhenti?” dia tak menjawab, ia pun menoleh padaku.
Eh,Wajahnya kenapa begitu pusat? Walaupun dia memang memiliki kulit yang sangat putih. Namun Tetap saja aku masih bisa membedakan rona wajah yang sedang pucat.
“aku…aku kelaparan…” ujarnya pelan, hampir seperti sebuah rengekan.
“hah? Memangnya Kau tadi tidak makan siang di sekolah?”
“tidak, aku tidak sempat ke kantin. tadi kan aku sudah bilang kalau aku harus menyelesaikan tugas sebelum pulang sekolah. tugasnya banyak sekali. aku.., sama sekali belum makan apapun sejak tadi pagi.”
“apa? Bisa-bisanya kau ini… ya sudah ayo menepi, kebetulan aku masih ada makanan.”
..
..
..
..
Kami pun duduk disebuah bangku dibawah pohon mapple. Kemudian Aku langsung memberikan roti gandumku yang masih tersisa satu potong pada Jun Hong, untung saja aku masih menyisakannya.
Ia pun memakan roti itu dengan sangat lahap. “kau ini benar-benar sangat kelaparan ya?”

“eung, songot…!! turimo kaswih yuo sudoh membeuriku mokonon….” Ujarnya dengan mulut yang masih penuh dengan roti. kalau seperti itu, dia terlihat seperti anak kecil yang sedang makan…. sangat menggemaskan.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan terima kasihnya.


Rasa sunyi pun kembali mengelilingi kami, tiba-tiba aku kembali teringat ucapan Hyosung saat bersama Himchan tadi. siluman rubah itu bilang kalau dia tidak akan membiarkan siapapun merebut Himchan darinya. tapi menurutku itu sangat egois, kalau Himchan tidak mencintainya, kenapa dia harus mengekang Himchan? Apa dia serius bicara seperti itu?
Dan juga, apa yang sebenarnya Himchan pikirkan? Dia begitu misterius, sungguh sifatnya susah ditebak.
Seo Rin POV END.


Jun Hong POV.
“ouya, noona… apa malam ini kau ada acara?” tanyaku pada Seo Rin noona setelah aku menghabiskan rotiku.
Namun dia hanya terdiam. Lebih tepatnya sedang melamun. Melamun? Apa yang sedang dia pikirkan?
noona?..”. namun ia belum juga tersadar.
YAK! SHIN SEO RIIINNN!! Kau mendengarku tidak??!!”  aku berteriak keras di telinganya..
Seo Rin noona menjauhkan telinganya dariku, “heiiish, apa yang kau lakukan huh? gendang Telingaku hampir pecah tau!” tandasnya sambil mengusap telinga.

“habisnya noona tidak menjawab pertanyaanku…., malah melamun tidak jelas.”
“memangnya apa yang kau tanyakan tadi?”

noona ada acara tidak malam ini?”

“ternyata hanya itu… aku pikir sesuatu yang sangat penting.”

Noona!~ tinggal jawab saja kenapa sih?”

“iya iya… aku tidak sibuk malam ini, memangnya kenapa?”

“eum, bagaimana kalau malam ini noona aku traktir makan?” ayolah katakan ‘iya’… aku sungguh ingin pergi berdua denganmu noona.

“kau mau mentraktirku makan? Boleh juga… baiklah aku mau… jemput aku jam 7. Arra..?
Seketika senyumanku melengkung sempurna, ”oke, siap! Kau tenang saja. Jam 7 tepat aku sudah berada di rumahmu noona.”

Namun setelah itu, kami mulai merasakan beberapa titik air sudah mulai berjatuhan ke bumi. Dan semakin lama titik-titik semakin bertambah banyak….

noona, sebaiknya kita segera pulang, hujan sudah mulai turun.”
nde, kau benar… khajja!” 




-----TBC-----


Tidak ada komentar:

Posting Komentar