Belajar bahasa Korea

Selasa, 16 April 2013

[FF] ONLY ONE - (Chapter 2)





Tittle   : ONLY ONE
Author: Dedew Dewhy / -DaeWy-
Length: chaptered
Main Cast:
-CHOI JUN HONG a.k.a ZELO ( B.A.P )
-SHIN SEO RIN ( OC, imagine as you )
-KIM HIMCHAN ( B.A.P )
-other cast find by yourself
Genre: comedy romance, school life, family, friendship.
Rating: T
Warning! Absurd, typo(s) bertebaran.

Happy Reading!!.
.
.
.
.
.




chapter 2

.
.

Jun Hong POV.
Sendirian, benar-benar sendirian. Tega sekali, saat aku pulang tadi aku sama sekali tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di rumah ini. Aku hanya mendapati secarik kertas yang tertempel di pintu kulkas, yang berisikan ‘Jung Hong-a, Eomma dan Appa sedang berkunjung ke rumah Paman Kim, Sepertinya kami akan pulang larut. Eomma tidak sempat memasak, jadi kau masak sendiri ya. Bahan-bahan makanan sudah tersedia di kulkas.’

Eomma~... Yang benar saja, mana bisa aku memasak…” keluhku sambil melipat-lipat kecil kertas note dari eomma.



Kkrrruukk~



Aigoo.. aku lapar-_-… Aahh, Ramyun! Aku masak ramyun saja… itu adalah makanan alternatif satu-satunya disaat darurat seperti sekarang ini. Tanpa pikir panjang Akupun langsung menuju lemari yang biasa eomma gunakan untuk menyimpan berbagai makanan instan.

mwoya?!” aku terbelalak setelah membuka pintu lemari dan menyaksikan keadaan dalam lemari tersebut. Kosong!
Sepertinya perkataan eomma tempo hari benar-benar terwujud. Waktu itu eomma bilang akan mengurangi konsumsi makanan instan, kata eomma kalau terlalu sering makan makanan instan tidak baik untuk kesehatan. Tapi Sejak kapan semua makanan instan itu dimusnahkan? Kenapa aku tidak tau..?

Ini keterlaluan. Iya aku tau bila kita mengonsumsi junkfood seperti itu tidak baik, tapi makanan seperti itu di produksi tujuannya adalah untuk dimakan di situasi genting seperti saat ini! Lebih tepatnya saat eomma pergi dan tidak meninggalkan makanan sama sekali dirumah. Oh Tuhan~…

Akhirnya kuputuskan sebaiknya aku pergi makan diluar saja. Lagipula uang jajanku masih cukup untuk membeli seporsi Bulgogi. Ahh~ itu akan sangat mengenyangkan… tapi sebelumnya aku harus mengobati luka-lukaku ini.
Akupun berjalan menuju ruang keluarga dan duduk di salah satu sofa di sana, ku ambil botol antiseptik dan kapas pemberian Yeoja tadi.

Yeoja itu,.. kenapa bayang-bayang wajahnya tidak bisa hilang dari benakku… senyumnya, cara dia membentakku, dan cara dia mengintimidasiku setelah menabraknya tadi. Aku.. benar-benar sulit melupakannya, ada apa denganku? Apa aku menyukai yeoja cerewet itu? dan, apa aku bisa bertemu dengannya lagi?... Aku harap iya.



Ting Tung!



Siapa itu? Tidak mungkin Appa dan Eomma kan. tapi kalau benar, kenapa cepat sekali pulangnya. Bukannya mereka bilang akan pulang larut malam. baiklah, akan ku sambut tamu itu setelah aku mengoleskan antiseptik pada luka di pipiku ini.



Ting Tung! Ting Tung!



“Hei, tunggulah sebentar aku masih sibuk!” gerutuku kesal.
Dan akhirnya dengan sangat terpaksa ku langkahkan kakiku menuju pintu.



Ceklek~



Setelah aku membuka pintu, aku pun langsung disambut dengan pekikan dari tamu –yang tak kuharapkan- itu. seorang yeoja.

N…Neo!! Sedang apa kau disini?” ujarnya sambil menunjuk kearahku. Aku menatapnya dengan tatapan bingung.  Yeoja ini, yeoja yang tadi kutabrak. Wah, baru saja tadi aku memikirkannya, dan sekarang tak ku sangka dia datang ke rumahku. Apakah ini yang namanya jodoh? Entahlah, sepertinya begitu.
Jun Hong POV END.



Seo Rin POV.
Namun seketika tatapan bingung namja itu berganti dengan senyuman lebar disertai dengan tawa kecil.
“ekspresimu itu berlebihan sekali.. hya! Aku disini karena ini rumahku.”

Aku menghembuskan nafas pasrah. kenapa dunia begitu sempit? Baru saja beberapa jam yang lalu aku berurusan dengan namja ini, dan sekarang tanpa ku duga tempat tinggalnya hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahku. Ku harap ini bukan awal dari sebuah bencana. “jadi kau ini putra tuan dan nyonya Choi?” tebakku. Hanya bermaksud memastikan saja.

“yap, tepat sekali!" serunya sambil menjentikkan jari dan tersenyum lebar. ”Ngomong-ngomong, ada keperluan apa kau datang kemari? Ah, aku tau… kau pasti rindu padaku kan?”

aku membulatkan mataku, aku hampir tersedak air liurku sendiri setelah mendengar pernyataannya yang tidak masuk akal itu. “MWO?! Bicara apa kau ini? Yak! Aku sendiri tidak tau kalau kau tinggal disini. Asal kau tau saja, Ini adalah sebuah kebetulan yang sama sekali tak ku harapkan.”

Ia malah tertawa. Apa dia sudah gila?

“kau ini, wajahmu itu tampak lucu saat terkejut. Oh, dan juga saat marah, benar-benar menggemaskan.” Ujarnya terkekeh. Apa maksudnya berkata begitu? Ia sedang mengejekku atau memujiku? Ah aku tidak peduli. Aku memutuskan untuk tidak menggubrisnya lagi, hanya buang-buang waktu saja.

“bisa aku bertemu dengan appa atau eomma mu?” tanyaku datar. Berhasil membuatnya berhenti tertawa.

appa dan eomma sedang pergi ke rumah Pamanku. Mereka akan pulang malam nanti.” Ujarnya lalu bersandar pada daun pintu. “O, apa yang kau bawa? apa itu untukku?”

Oh Tuhan~… berilah aku kesabaran dan ketabahan menghadapi namja yang kelewat percaya diri ini. Jangan biarkan aku melayangkan setoples cookies yang enak ini sia-sia ke wajahnya itu.

ck, cookies ini bukan untukmu. Tapi untuk appa dan eomma mu yang sudah berbaik hati membantu keluargaku pindahan.”

“ooh, begitu… tapikan posisiku disini adalah putra kandung nyonya dan tuan Choi. Jadi otomatis aku mempunyai hak atas cookies itu. benarkan?”

“Baiklah… baiklah, ambil ini! Aku pulang.” Ku sodorkan toples cookies itu padanya dengan paksa lalu segera pergi meninggalkannya. Jujur, aku sudah muak mendengar semua ocehannya itu. sangat menyebalkan!

Namun tiba-tiba kurasakan pergelangan tangan kananku dicekal oleh seseorang dan berhasil membuat langkahku terhenti. Aku menoleh… eiish, namja ini!
“apa maumu!” ku hempaskan tanganku kasar hingga terbebas dari genggamannya.

“hei nona, jangan emosi dulu.. tenanglah, nanti kalau kau terlalu sering marah kau akan cepat tua dan keriput.”

“aku tidak peduli!” bentakku dan menatapnya tajam. Kalau aku sampai mengalami penuaan dini akibat marah, aku akan menyalahkannya habis-habisan. Tentu saja itu karena ulahnya yang selalu membuatku kesal dan marah.

Ia terkekeh lagi. Apa ia menganggap ini lelucon? aku akan berkomentar, ini sungguh tidak lucu!
Kemudian ia mengulurkan tangannya, “namaku Jun Hong, Choi Jun Hong… kau?”

“jadi Cuma untuk ini kau menahanku pulang? Hei, apa tidak ada cara lain untuk berkenalan eo?

Ia berdecak, “sudahlah, katakan saja siapa namamu.”

“Shin Seo Rin.” Jawabku datar. “sudahkan, aku pulang.” Aku berbalik membelakanginya. Namun lagi-lagi ia mencegahku, tapi bedanya sekarang ia berdiri menghalangi jalanku. Menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan sembari tersenyum miring.

“kenapa cepat sekali? kau tidak mau mampir sebentar untuk sekedar minum teh mungkin.”

“aku tidak ada waktu untuk itu… aku terlalu sibuk! Minggir.” Aku mendorongnya ke samping agar ia menyingkir dari jalur jalanku. Kemudian berjalan cepat meninggalkannya.

“Seo Rin-ssi, lain kali aku yang akan mampir ke rumahmu.. oke!” ujarnya sedikit berteriak karena aku sudah berada di luar pintu pagar halaman rumahnya, aku hanya mendengus kesal dan memutar bola mataku acuh, sama sekali tak mau memperdulikannya. Benar-benar namja aneh.



*******-oOo-*******


Keesokan harinya.


Hari Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah kepindahanku bersama kedua orang tuaku ke Seoul. Sebelumnya Kami sekeluarga tinggal Incheon, karena Appa ku dipindah tugaskan ke Seoul oleh perusahaan tempat Appa bekerja, jadi aku dan Eomma harus ikut Appa pindah ke Seoul dan akan menetap disini. Sebenarnya aku sangat berat hati meninggalkan kota tempatku dilahirkan, meninggalkan teman-teman sekolahku yang sangat baik padaku, dan juga bibi Lee tetangga kami yang selalu memberi kami kue tart jika ia mendapat resep baru membuat tart, semuanya enak-enak dan gratis. Bibi Lee memang sangat berbakat dalam bidang Pastry, tidak heran lagi jika Cake Shop yang ia buka selalu ramai pengunjung, bahkan eomma saja beberapa kali sempat berguru pada bibi Lee mengenai bagaimana cara membuat cookies yang enak. Aku, jadi rindu pada mereka semua….

“kau mau Appa antar atau berangkat sendiri?” tanya Appa yang sedang duduk di meja makan ketika melihatku menuruni tangga dan sudah rapi mengenakan seragam sekolah baru, tentu saja seragam yang berbeda dengan sekolahku di Incheon.

“aku berangkat sendiri saja Appa.” Jawabku sambil mengikat tali sepatu.

“apa tidak apa-apa?”

Aku mengangguk. “lagipula kantor Appa kan berlawanan arah dengan sekolahku, itu akan merepotkan.”

Appa mengangguk pelan. “emm, baiklah kalau itu maumu.” Kata Appa lalu menyeruput secangkir kopi.

“jangan lupa habiskan sarapanmu dulu.” Tegur eomma.

Setelah Selesai mengikat tali sepatu, segera aku menuju meja makan dan langsung menegak segelas susu vanila hangat yang sengaja dibuatkan eomma untukku. “aku buru-buru eomma, aku tidak mau terlambat di hari pertamaku menjadi murid baru di sekolah itu. akan ku lanjutkan sarapanku nanti di sekolah.” Kataku seraya mengambil dua lapis roti gandum yang telah diolesi selai stroberi kesukaanku dan membungkusnya dengan beberapa lembar tissue dan berniat memasukkannya kedalam tas. Namun sebelum roti itu sampai ke dalam tas ku, tiba-tiba…



PLAK!



“aaww!!..” seruku saat aku merasakan sebuah pukulan kecil mendarat di punggung tanganku.

“pakailah kotak bekal, kau ini jorok sekali hanya membalutnya dengan tissue.” Ujar eomma yang langsung pergi ke dapur dan mengambil sebuah kotak bekal, lalu memasukkan roti gandum ku tadi ke dalamnya.

mian eomma,… aku janji tidak akan mengulanginya lagi.” Kataku masih mengelus punggung tanganku yang eomma pukul tadi.

“tidak usah berjanji, eomma tidak yakin kau tidak akan melakukannya lagi. Kau itu kan sangat ceroboh dan pelupa.” Ujar eomma sambil memasukkan kotak bekal ke dalam tas ku.

eomma~… tega sekali eomma bilang begitu padaku..”

“memang seperti itu kan kenyataannya?” kulihat eomma tersenyum menahan tawa. Aku tau eomma hanya meledekku.

eomma~…”

“sudah..sudah… Seo Rin-a, cepatlah sana berangkat, nanti kau terlambat.” Potong Appa.

“baiklah Appa, aku berangkat!”

doloe jueui, ne… (hati-hati di jalan, ya..)” ucap Appa dan Eomma bersama.        

Nde… annyeong..” kataku melambai pada mereka dan segera pergi menuju sepedaku lalu mulai mengayuhnya menuju sekolah.

..
..
..
..
..
Entah perasaanku saja atau bukan, tapi sepedaku sekarang terasa sangat berat ketika aku mengayuhnya. Kulihat rem sepedaku baik-baik saja, kedua ban-nya juga tidak kempes. Ada apa dengan sepedaku?

Namun ketika aku menoleh kebelakang, aku mendapati seseorang berseragam sama persis sepertiku, dan dengan santainya sedang menyangkutkan sebelah tangannya pada boncengan sepedaku. Ia juga mengendarai sepeda, tapi ia sama sekali tidak mengayuhnya dan malah membiarkanku dengan susah payah mengayuh pedal sepeda menariknya serta sepedanya.

“APA YANG KAU LAKUKAN CHOI JUN HONG!” 
Seo Rin POV END.



Jun Hong POV.
“APA YANG KAU LAKUKAN CHOI JUN HONG!!” Seo Rin membentakku dan langsung menge-rem sepedanya kasar. Kalau saja aku lengah, bisa-bisa aku terjungkal karena ulahnya yang mendadak menghentikan kayuhan sepedanya. Hehe, sebenarnya memang salahku yang mengganggunya. Entah kenapa aku sangat suka bila ia sedang marah, mungkin saja karena menurutku dia sangat cantik ketika sedang marah, haha. Tapi sepertinya akan jauh lebih cantik lagi ketika ia tersenyum. Namun untuk sementara ini aku masih belum bosan melihat wajahnya yang menggeram karena kesal padaku. Rasanya ingin sekali aku mencubit pipinya yang chuby itu.

“kau lupa ya? Sepedaku ini rem-nya sedang rusak. Maka dari itu aku bermaksud ‘menumpang’ padamu. Bolehkan?”
aku bohong, itu hanya alasanku saja agar aku bisa pergi ke sekolah bersama Seo Rin. sebenarnya kemarin sore saat aku pergi membeli bulgogi, aku sekalian ke bengkel untuk memperbaiki rem sepedaku. Jadi sebenarnya sekarang rem sepedaku sudah tidak rusak lagi. Hihi~

“menumpang kau bilang? Heh! Caramu menumpang tadi benar-benar membuat kakiku hampir patah karena harus menarikmu dan sepedamu yang sangat berat itu.”

“Oh, jadi caraku tadi tidak tepat. Baiklah kalau begitu bonceng aku.” Ujarku santai lalu segera duduk pada boncengan sepedanya.

ya! Ya! Apa-apaan kau ini! Turun sekarang juga! Siapa yang bilang aku mau memboncengmu, kau itu berat tau!”

“kalau kau tidak mau memboncengku. Sini biar aku saja yang memboncengmu. Lagipula kita akan pergi ke sekolah yang sama kan.” Aku segera mengambil alih kemudi lalu menyuruhnya duduk di belakangku. Ku lihat Seo Rin terus menggerutu kesal karena ulahku. Haha, ini akan menjadi hobby baruku. Menggoda Seo Rin sampai membuatnya kesal.

“heh, bagaimana dengan nasib sepedamu itu? kau mau meninggalkannya disini?”

“ah itu, aku hampir lupa… emm tunggu sebentar.” Aku mengambil ponsel di saku jas  seragamku. Lalu mencari nama Paman Bong, supir pribadi keluargaku.

yoboseyo Paman Bong.”

Yoboseyo tuan muda, ada yang bisa saya bantu?” tanya suara di seberang sana.

“Paman, tolong ambil sepedaku di jalanan  menuju sekolahku, ne? aku meninggalkannya disini. Aku akan ke sekolah bersama temanku.”

memangnya rem sepeda tuan muda rusak lagi?

“tidak… aku sebenarnya hanya ingin.. ah sudahlah Paman tidak perlu tau. Pokoknya jangan lupa ambil sepedaku, ne?...”

Nde, arraseumnida tuan muda.” Jawab Paman Bong.

ne, gamsahamnida Paman.” Ujarku lalu memutus percakapan kami.  “Khajja, kita berangkat.”

Seo Rin tak menjawab, ia hanya menghela napas panjang meniup poni kecoklatannya, kemudian menatapku dengan tatapan seolah berkata, “sudahlah, jangan banyak bicara.

Aku hanya menunjukkan senyum lebarku untuk menanggapi tatapannya itu. setelah itu akupun mulai mengayuh sepeda menuju sekolah kami.
Selama perjalanan tidak ada diantara kami yang berniat membuka suara, Karena aku sangat tidak suka dengan keadaan seperti ini, akhirnya dengan cepat aku menemukan topik pembicaraan yang tepat untuk sekarang.

“emm, Seo Rin-ssi. ngomong-ngomong sebelumnya kau ini tinggal dimana?” tanyaku padanya. 

“di Incheon, aku pindah kesini karena appa ku dipindah tugaskan oleh perusahaan tempat ia bekerja ke cabang yang ada di Seoul.”

“ooh begitu,.. oya, kalau boleh tau kau ini kelas berapa? Eemm, siapa tau kan kita nanti bisa sekelas…” ujarku terkekeh. Pasti sekarng ia sudah menunjukkan raut kesalnya setelah mendengar ucapanku tadi.

“aku kelas 12.” Ucapnya datar.

Dan berhasil membuatku terbelalak kaget hingga tanpa sadar aku menge-rem mendadak sepeda yang kami tumpangi. “Mwo?!



DUK!



Kepala Seo Rin membentur punggungku akibat tindakanku tadi.

“aww! Heh, kenapa berhenti mendadak eoh?” ucap Seo Rin sambil mengelus keningnya. Seketika aku menatapnya dengan seksama. Aku sungguh tidak menyangka kalau ternyata yeoja ini 2 tahun lebih tua dariku. Bahkan Postur tubuh dan wajahnya bisa dibilang terkesan lebih muda dariku.

“kau, sama sekali tidak terlihat lebih tua dariku?” ujarku lalu kembali mengayuh sepeda menuju tempat parkir. Dan langsung memarkirnya bersama kendaraan murid lain.

“lebih tua darimu? maksudmu, sebenarnya kau ini adalah Hoobae ku, begitu?” tanya Seo Rin yang sudah turun dari sepeda dan kini berdiri di depanku.

Aku mengangguk, “yah, seperti itulah.”

Seketika ekspresi Seo Rin berubah, ia menggeram dan meluncurkan death glare nya yang menakutkan kearahku. Aku pun merasakan bulu roma ku meremang, yeoja ini kenapa tiba-tiba menjadi lebih menakutkan dari sebelumnya.

“heh, bocah! Kau itu hoobae ku dan selama ini kau seenaknya memanggilku dengan ‘Seo Rin-ssi’… tanpa embel-embel Noona atau Sunbae? Dasar tidak sopan!”



BUGH!



“aaarrgghh!” aku meringis sakit, menyentuh tulang kering ku yang dengan bebasnya Seo Rin noona tendang. Noona? Yah, sepertinya aku harus terbiasa memanggilnya begitu.

“anggap saja itu sebagai hukuman untukmu.” Ujar Seo Rin noona kemudian melangkah cepat dan pergi meninggalkanku.

Noona~… tunggu aku!” dengan sedikit terpincang aku mengejar Seo Rin Noona, masih cukup mudah untukku mengejarnya karena walaupun kakiku masih terasa sakit, namun kakiku ini masih  jauh lebih panjang darinya, akupun langsung menyamakan langkah kami.

Seo Rin Noona menoleh dan menatapku tajam, aku hanya menanggapi tatapnnya dengan sebuah senyumanku yang manis ini. “kenapa kau mengikutiku?! lebih baik, sekarang cepatlah sana kau pergi ke kelasmu, sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai.”

“iya aku mengerti… eemm, sekarang Noona mau pergi kemana?”

“ke ruang Kepala Sekolah.” Jawabnya datar.

“tapi, apa Noona sudah tau dimana ruang Kepala Sekolahnya? Gedung sekolah ini kan sangat besar dan luas. Apa mungkin bisa Noona menemukan ruang Kepala Sekolah sebelum jam pelajaran dimulai? Ingatlah, Noona adalah murid baru disini.” Ujarku sedikit berbisik. Seo Rin Noona menghentikan langkahnya dan menoleh kearahku. Wajahnya terlihat sedikit ragu. Aku tau pasti setelah ini ia akan berkata ‘Jun Hong-ssi, maukah kau mengantarku ke ruang Kepala Sekolah’. Dan dengan senang hati ku jawab ‘iya’. Hahaha~.

“aku sudah tau tempatnya. Jadi tinggalkan aku sekarang.”

Mwo?!” aku menatapnya tak percaya. “Noona yakin?”

Nde, yakin seyakin-yakinnya.”

“hhmm, baiklah kalau begitu. Kita akan bertemu saat jam istirahat nanti, Annyeong Noona~!” ucapku melambai padanya dan pergi menuju kelasku. Ia hanya terdiam menatap kepergianku.
Jun Hong POV END.




Seo Rin POV.
Fyyuuhh~… akhirnya aku bisa terbebas dari makhluk (?) itu. sudah sejak tadi pagi, ah~ tidak-tidak lebih tepatnya sejak kemarin saat pertama kali bertemu dengan namja menyebalkan itu. hidupku menjadi tidak tenang… apa dia bilang tadi, dia ingin bertemu denganku lagi saat jam istirahat nanti? Oh tidak. Lebih baik aku berdiam diri saja di dalam kelas sampai pulang sekolah nanti. Daripada harus bertemu dengannya lagi. Ah~ memikirkannya saja sudah membuatku pusing.
Akupun berjalan menelusuri koridor. dan dengan seksama memperhatikan tulisan-tulisan yang terpajang rapi di pojok atas pintu-pintu ruangan yang ku lewati. Beberapa ruangan sudah ku lewati, namun aku samasekali belum menemukan ruangan yang bertuliskan 교장 방 (Kyoja Bang : Ruang kepala Sekolah). ini salahku yang pada hari sabtu kemarin tidak ikut Appa saat mendaftarkanku di sekolah ini. sungguh hari yang sangat sial untuk hari pertama menjadi murid baru.



KKKRRRRIIIIINGGGG!




Aku tersentak kaget setelah mendengar bel tanda jam pelajaran akan segera dimulai. Haduh, bagaimana ini… bel sudah berbunyi, tapi aku sama sekali belum menemukan ruang Kepala Sekolah. Kalau mau langsung masuk kelas, aku juga tidak tau dimana letak kelasku. Eotteokhe~~

Akupun menaiki sebuah tangga, mungkin saja ruang Kepala Sekolah ada di lantai dua, namun saat aku menaiki tangga itu, Kulihat dari arah belakang segerombolan siswa tengah berjalan cepat, beberapa diantara mereka bahkan ada yang berlari kecil, sepertinya mereka sangat terburu-buru. Entah sengaja atau tidak, beberapa dari mereka menyenggolku hingga aku hampir terjatuh, dan Tanpa meminta maaf! Keterlaluan!
Dan saat seorang siswa bertubuh tambun melewatiku, iapun juga tak luput menyenggolku. Karena aku sudah tidak dapat lagi menyeimbangkan tubuhku, seketika tubuhku melimbung kebelakang.

“Kkyyaaaa~…”

Namun tiba-tiba…




GRREEP!



Aku merasakan seseorang menangkap tubuhku. Aku menoleh menatapnya, manik mataku langsung menangkap sosok namja dengan mata yang meruncing dan berwajah sangat tampan. Seketika kurasakan dadaku berdegup kencang, ketika aku mencium aroma amber dari farfum yang ia gunakan.

gwenchanayo?” tanyanya lembut, berhasil membuayarkan lamunanku.




-----TBC----



Baca juga fanfic author lainnya...
[Cafe Latte Love >> ( oneshoot )]

[Good Day (what is Love?) oneshoot]

[Endless Love>> (part 2part 1)]

[I like You the best>> ( oneshoot )]

[love-sacrifice>> ( oneshoot )]

[I'm Your Bestfriend>> oneshoot )]

[On Rainy Day's>> ( oneshoot )]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar