Tittle : ONLY ONE
Author: Dedew Dewhy / -DaeWy-
Length: chaptered
Main Cast:
-CHOI
JUN HONG a.k.a ZELO ( B.A.P )
-SHIN
SEO RIN ( OC, imagine as you )
-KIM
HIMCHAN ( B.A.P )
-other cast find by yourself
-other cast find by yourself
Genre: comedy romance, school life, family,
friendship.
Rating: T
Warning! Absurd, typo(s) bertebaran.
Happy Reading!!.
.
.
.
.
chapter 2
.
.
.
Jun Hong POV.
Sendirian,
benar-benar sendirian. Tega sekali, saat aku pulang tadi aku sama sekali tidak
menemukan tanda-tanda kehidupan di rumah ini. Aku hanya mendapati secarik
kertas yang tertempel di pintu kulkas, yang berisikan ‘Jung Hong-a, Eomma dan Appa sedang berkunjung ke rumah Paman Kim,
Sepertinya kami akan pulang larut. Eomma tidak sempat memasak, jadi kau masak
sendiri ya. Bahan-bahan makanan sudah tersedia di kulkas.’
“Eomma~... Yang benar saja, mana bisa aku
memasak…” keluhku sambil melipat-lipat kecil kertas note dari eomma.
Kkrrruukk~
Aigoo.. aku lapar-_-… Aahh, Ramyun! Aku masak ramyun saja… itu adalah
makanan alternatif satu-satunya disaat darurat seperti sekarang ini. Tanpa
pikir panjang Akupun langsung menuju lemari yang biasa eomma gunakan untuk menyimpan berbagai makanan instan.
“mwoya?!” aku terbelalak setelah membuka
pintu lemari dan menyaksikan keadaan dalam lemari tersebut. Kosong!
Sepertinya
perkataan eomma tempo hari
benar-benar terwujud. Waktu itu eomma
bilang akan mengurangi konsumsi makanan instan, kata eomma kalau terlalu sering makan makanan instan tidak baik untuk
kesehatan. Tapi Sejak kapan semua makanan instan itu dimusnahkan? Kenapa aku
tidak tau..?
Ini keterlaluan.
Iya aku tau bila kita mengonsumsi junkfood seperti itu tidak baik, tapi makanan
seperti itu di produksi tujuannya adalah untuk dimakan di situasi genting
seperti saat ini! Lebih tepatnya saat eomma
pergi dan tidak meninggalkan makanan sama sekali dirumah. Oh Tuhan~…
Akhirnya
kuputuskan sebaiknya aku pergi makan diluar saja. Lagipula uang jajanku masih
cukup untuk membeli seporsi Bulgogi.
Ahh~ itu akan sangat mengenyangkan… tapi sebelumnya aku harus mengobati
luka-lukaku ini.
Akupun
berjalan menuju ruang keluarga dan duduk di salah satu sofa di sana, ku ambil
botol antiseptik dan kapas pemberian Yeoja tadi.
Yeoja itu,..
kenapa bayang-bayang wajahnya tidak bisa hilang dari benakku… senyumnya, cara
dia membentakku, dan cara dia mengintimidasiku setelah menabraknya tadi. Aku..
benar-benar sulit melupakannya, ada apa denganku? Apa aku menyukai yeoja
cerewet itu? dan, apa aku bisa bertemu dengannya lagi?... Aku harap iya.
Ting Tung!
Siapa itu? Tidak
mungkin Appa dan Eomma kan. tapi kalau benar, kenapa cepat sekali pulangnya.
Bukannya mereka bilang akan pulang larut malam. baiklah, akan ku sambut tamu
itu setelah aku mengoleskan antiseptik pada luka di pipiku ini.
Ting Tung! Ting Tung!
“Hei,
tunggulah sebentar aku masih sibuk!” gerutuku kesal.
Dan akhirnya dengan
sangat terpaksa ku langkahkan kakiku menuju pintu.
Ceklek~
Setelah aku
membuka pintu, aku pun langsung disambut dengan pekikan dari tamu –yang tak
kuharapkan- itu. seorang yeoja.
“N…Neo!! Sedang apa kau disini?” ujarnya
sambil menunjuk kearahku. Aku menatapnya dengan tatapan bingung. Yeoja ini, yeoja yang tadi kutabrak. Wah,
baru saja tadi aku memikirkannya, dan sekarang tak ku sangka dia datang ke
rumahku. Apakah ini yang namanya jodoh? Entahlah, sepertinya begitu.
Jun Hong POV END.
Seo Rin POV.
Namun
seketika tatapan bingung namja itu berganti dengan senyuman lebar disertai
dengan tawa kecil.
“ekspresimu
itu berlebihan sekali.. hya! Aku
disini karena ini rumahku.”
Aku
menghembuskan nafas pasrah. kenapa dunia begitu sempit? Baru saja beberapa jam
yang lalu aku berurusan dengan namja ini, dan sekarang tanpa ku duga tempat
tinggalnya hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahku. Ku harap ini bukan
awal dari sebuah bencana. “jadi kau ini putra tuan dan nyonya Choi?” tebakku.
Hanya bermaksud memastikan saja.
“yap, tepat
sekali!" serunya sambil menjentikkan jari dan tersenyum lebar.
”Ngomong-ngomong, ada keperluan apa kau datang kemari? Ah, aku tau… kau pasti
rindu padaku kan?”
aku membulatkan
mataku, aku hampir tersedak air liurku sendiri setelah mendengar pernyataannya
yang tidak masuk akal itu. “MWO?!
Bicara apa kau ini? Yak! Aku sendiri
tidak tau kalau kau tinggal disini. Asal kau tau saja, Ini adalah sebuah
kebetulan yang sama sekali tak ku harapkan.”
Ia malah
tertawa. Apa dia sudah gila?
“kau ini,
wajahmu itu tampak lucu saat terkejut. Oh, dan juga saat marah, benar-benar menggemaskan.”
Ujarnya terkekeh. Apa maksudnya berkata begitu? Ia sedang mengejekku atau
memujiku? Ah aku tidak peduli. Aku memutuskan untuk tidak menggubrisnya lagi,
hanya buang-buang waktu saja.
“bisa aku bertemu
dengan appa atau eomma mu?” tanyaku datar. Berhasil membuatnya berhenti tertawa.
“appa dan eomma sedang pergi ke rumah Pamanku. Mereka akan pulang malam
nanti.” Ujarnya lalu bersandar pada daun pintu. “O, apa yang kau bawa? apa itu untukku?”
Oh Tuhan~…
berilah aku kesabaran dan ketabahan menghadapi namja yang kelewat percaya diri
ini. Jangan biarkan aku melayangkan setoples cookies yang enak ini sia-sia ke
wajahnya itu.
“ck, cookies ini bukan untukmu. Tapi
untuk appa dan eomma mu yang sudah berbaik hati membantu keluargaku pindahan.”
“ooh, begitu…
tapikan posisiku disini adalah putra kandung nyonya dan tuan Choi. Jadi
otomatis aku mempunyai hak atas cookies itu. benarkan?”
“Baiklah…
baiklah, ambil ini! Aku pulang.” Ku sodorkan toples cookies itu padanya dengan
paksa lalu segera pergi meninggalkannya. Jujur, aku sudah muak mendengar semua
ocehannya itu. sangat menyebalkan!
Namun
tiba-tiba kurasakan pergelangan tangan kananku dicekal oleh seseorang dan
berhasil membuat langkahku terhenti. Aku menoleh… eiish, namja ini!
“apa maumu!” ku
hempaskan tanganku kasar hingga terbebas dari genggamannya.
“hei nona,
jangan emosi dulu.. tenanglah, nanti kalau kau terlalu sering marah kau akan
cepat tua dan keriput.”
“aku tidak
peduli!” bentakku dan menatapnya tajam. Kalau aku sampai mengalami penuaan dini
akibat marah, aku akan menyalahkannya habis-habisan. Tentu saja itu karena
ulahnya yang selalu membuatku kesal dan marah.
Ia terkekeh
lagi. Apa ia menganggap ini lelucon? aku akan berkomentar, ini sungguh tidak
lucu!
Kemudian ia
mengulurkan tangannya, “namaku Jun Hong, Choi Jun Hong… kau?”
“jadi Cuma
untuk ini kau menahanku pulang? Hei, apa tidak ada cara lain untuk berkenalan eo?”
Ia berdecak,
“sudahlah, katakan saja siapa namamu.”
“Shin Seo
Rin.” Jawabku datar. “sudahkan, aku pulang.” Aku berbalik membelakanginya.
Namun lagi-lagi ia mencegahku, tapi bedanya sekarang ia berdiri menghalangi
jalanku. Menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan sembari tersenyum
miring.
“kenapa cepat
sekali? kau tidak mau mampir sebentar untuk sekedar minum teh mungkin.”
“aku tidak
ada waktu untuk itu… aku terlalu sibuk! Minggir.” Aku mendorongnya ke samping
agar ia menyingkir dari jalur jalanku. Kemudian berjalan cepat meninggalkannya.
“Seo Rin-ssi, lain kali aku yang akan mampir ke
rumahmu.. oke!” ujarnya sedikit berteriak karena aku sudah berada di luar pintu
pagar halaman rumahnya, aku hanya mendengus kesal dan memutar bola mataku acuh,
sama sekali tak mau memperdulikannya. Benar-benar namja aneh.
*******-oOo-*******
Keesokan
harinya.
Hari Ini
adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah kepindahanku bersama kedua orang
tuaku ke Seoul. Sebelumnya Kami sekeluarga tinggal Incheon, karena Appa ku dipindah tugaskan ke Seoul oleh
perusahaan tempat Appa bekerja, jadi
aku dan Eomma harus ikut Appa pindah ke Seoul dan akan menetap
disini. Sebenarnya aku sangat berat hati meninggalkan kota tempatku dilahirkan,
meninggalkan teman-teman sekolahku yang sangat baik padaku, dan juga bibi Lee
tetangga kami yang selalu memberi kami kue tart jika ia mendapat resep baru
membuat tart, semuanya enak-enak dan gratis. Bibi Lee memang sangat berbakat dalam
bidang Pastry, tidak heran lagi jika
Cake Shop yang ia buka selalu ramai pengunjung, bahkan eomma saja beberapa kali sempat berguru pada bibi Lee mengenai bagaimana
cara membuat cookies yang enak. Aku, jadi rindu pada mereka semua….
“kau mau Appa antar atau berangkat sendiri?”
tanya Appa yang sedang duduk di meja
makan ketika melihatku menuruni tangga dan sudah rapi mengenakan seragam
sekolah baru, tentu saja seragam yang berbeda dengan sekolahku di Incheon.
“aku
berangkat sendiri saja Appa.” Jawabku
sambil mengikat tali sepatu.
“apa tidak
apa-apa?”
Aku
mengangguk. “lagipula kantor Appa kan
berlawanan arah dengan sekolahku, itu akan merepotkan.”
Appa mengangguk pelan. “emm, baiklah kalau itu maumu.” Kata Appa lalu menyeruput secangkir kopi.
“jangan lupa
habiskan sarapanmu dulu.” Tegur eomma.
Setelah
Selesai mengikat tali sepatu, segera aku menuju meja makan dan langsung menegak
segelas susu vanila hangat yang sengaja dibuatkan eomma untukku. “aku buru-buru eomma,
aku tidak mau terlambat di hari pertamaku menjadi murid baru di sekolah itu.
akan ku lanjutkan sarapanku nanti di sekolah.” Kataku seraya mengambil dua
lapis roti gandum yang telah diolesi selai stroberi kesukaanku dan
membungkusnya dengan beberapa lembar tissue dan berniat memasukkannya kedalam
tas. Namun sebelum roti itu sampai ke dalam tas ku, tiba-tiba…
PLAK!
“aaww!!..”
seruku saat aku merasakan sebuah pukulan kecil mendarat di punggung tanganku.
“pakailah
kotak bekal, kau ini jorok sekali hanya membalutnya dengan tissue.” Ujar eomma yang langsung pergi ke dapur dan mengambil
sebuah kotak bekal, lalu memasukkan roti gandum ku tadi ke dalamnya.
“mian eomma,… aku janji tidak akan
mengulanginya lagi.” Kataku masih mengelus punggung tanganku yang eomma pukul tadi.
“tidak usah
berjanji, eomma tidak yakin kau tidak
akan melakukannya lagi. Kau itu kan sangat ceroboh dan pelupa.” Ujar eomma sambil memasukkan kotak bekal ke
dalam tas ku.
“eomma~… tega sekali eomma bilang begitu padaku..”
“memang
seperti itu kan kenyataannya?” kulihat eomma
tersenyum menahan tawa. Aku tau eomma hanya meledekku.
“eomma~…”
“sudah..sudah…
Seo Rin-a, cepatlah sana berangkat,
nanti kau terlambat.” Potong Appa.
“baiklah
Appa, aku berangkat!”
“doloe jueui, ne… (hati-hati di jalan,
ya..)” ucap Appa dan Eomma bersama.
“Nde… annyeong..” kataku melambai pada
mereka dan segera pergi menuju sepedaku lalu mulai mengayuhnya menuju sekolah.
..
..
..
..
..
Entah
perasaanku saja atau bukan, tapi sepedaku sekarang terasa sangat berat ketika
aku mengayuhnya. Kulihat rem sepedaku baik-baik saja, kedua ban-nya juga tidak
kempes. Ada apa dengan sepedaku?
Namun ketika
aku menoleh kebelakang, aku mendapati seseorang berseragam sama persis
sepertiku, dan dengan santainya sedang menyangkutkan sebelah tangannya pada
boncengan sepedaku. Ia juga mengendarai sepeda, tapi ia sama sekali tidak
mengayuhnya dan malah membiarkanku dengan susah payah mengayuh pedal sepeda
menariknya serta sepedanya.
“APA YANG KAU
LAKUKAN CHOI JUN HONG!”
Seo Rin POV END.
Jun Hong POV.
“APA YANG KAU
LAKUKAN CHOI JUN HONG!!” Seo Rin membentakku dan langsung menge-rem sepedanya
kasar. Kalau saja aku lengah, bisa-bisa aku terjungkal karena ulahnya yang
mendadak menghentikan kayuhan sepedanya. Hehe, sebenarnya memang salahku yang
mengganggunya. Entah kenapa aku sangat suka bila ia sedang marah, mungkin saja
karena menurutku dia sangat cantik ketika sedang marah, haha. Tapi sepertinya
akan jauh lebih cantik lagi ketika ia tersenyum. Namun untuk sementara ini aku
masih belum bosan melihat wajahnya yang menggeram karena kesal padaku. Rasanya
ingin sekali aku mencubit pipinya yang chuby itu.
“kau lupa ya?
Sepedaku ini rem-nya sedang rusak. Maka dari itu aku bermaksud ‘menumpang’
padamu. Bolehkan?”
aku bohong, itu
hanya alasanku saja agar aku bisa pergi ke sekolah bersama Seo Rin. sebenarnya
kemarin sore saat aku pergi membeli bulgogi,
aku sekalian ke bengkel untuk memperbaiki rem sepedaku. Jadi sebenarnya sekarang
rem sepedaku sudah tidak rusak lagi. Hihi~
“menumpang
kau bilang? Heh! Caramu menumpang tadi benar-benar membuat kakiku hampir patah
karena harus menarikmu dan sepedamu yang sangat berat itu.”
“Oh, jadi
caraku tadi tidak tepat. Baiklah kalau begitu bonceng aku.” Ujarku santai lalu
segera duduk pada boncengan sepedanya.
“ya! Ya! Apa-apaan kau ini! Turun
sekarang juga! Siapa yang bilang aku mau memboncengmu, kau itu berat tau!”
“kalau kau
tidak mau memboncengku. Sini biar aku saja yang memboncengmu. Lagipula kita
akan pergi ke sekolah yang sama kan.” Aku segera mengambil alih kemudi lalu
menyuruhnya duduk di belakangku. Ku lihat Seo Rin terus menggerutu kesal karena
ulahku. Haha, ini akan menjadi hobby baruku. Menggoda Seo Rin sampai membuatnya
kesal.
“heh,
bagaimana dengan nasib sepedamu itu? kau mau meninggalkannya disini?”
“ah itu, aku
hampir lupa… emm tunggu sebentar.” Aku mengambil ponsel di saku jas seragamku. Lalu mencari nama Paman Bong, supir
pribadi keluargaku.
“yoboseyo Paman Bong.”
“Yoboseyo tuan muda, ada yang bisa saya bantu?”
tanya suara di seberang sana.
“Paman,
tolong ambil sepedaku di jalanan menuju
sekolahku, ne? aku meninggalkannya
disini. Aku akan ke sekolah bersama temanku.”
“memangnya rem sepeda tuan muda rusak lagi?”
“tidak… aku
sebenarnya hanya ingin.. ah sudahlah Paman tidak perlu tau. Pokoknya jangan
lupa ambil sepedaku, ne?...”
“Nde, arraseumnida tuan muda.” Jawab
Paman Bong.
“ne, gamsahamnida Paman.” Ujarku lalu
memutus percakapan kami. “Khajja, kita berangkat.”
Seo Rin tak
menjawab, ia hanya menghela napas panjang meniup poni kecoklatannya, kemudian
menatapku dengan tatapan seolah berkata, “sudahlah,
jangan banyak bicara.”
Aku hanya
menunjukkan senyum lebarku untuk menanggapi tatapannya itu. setelah itu akupun
mulai mengayuh sepeda menuju sekolah kami.
Selama
perjalanan tidak ada diantara kami yang berniat membuka suara, Karena aku
sangat tidak suka dengan keadaan seperti ini, akhirnya dengan cepat aku
menemukan topik pembicaraan yang tepat untuk sekarang.
“emm, Seo
Rin-ssi. ngomong-ngomong sebelumnya
kau ini tinggal dimana?” tanyaku padanya.
“di Incheon, aku
pindah kesini karena appa ku dipindah
tugaskan oleh perusahaan tempat ia bekerja ke cabang yang ada di Seoul.”
“ooh
begitu,.. oya, kalau boleh tau kau ini kelas berapa? Eemm, siapa tau kan kita
nanti bisa sekelas…” ujarku terkekeh. Pasti sekarng ia sudah menunjukkan raut
kesalnya setelah mendengar ucapanku tadi.
“aku kelas 12.”
Ucapnya datar.
Dan berhasil
membuatku terbelalak kaget hingga tanpa sadar aku menge-rem mendadak sepeda
yang kami tumpangi. “Mwo?!”
DUK!
Kepala Seo
Rin membentur punggungku akibat tindakanku tadi.
“aww! Heh,
kenapa berhenti mendadak eoh?” ucap
Seo Rin sambil mengelus keningnya. Seketika aku menatapnya dengan seksama. Aku
sungguh tidak menyangka kalau ternyata yeoja ini 2 tahun lebih tua dariku.
Bahkan Postur tubuh dan wajahnya bisa dibilang terkesan lebih muda dariku.
“kau, sama
sekali tidak terlihat lebih tua dariku?” ujarku lalu kembali mengayuh sepeda
menuju tempat parkir. Dan langsung memarkirnya bersama kendaraan murid lain.
“lebih tua
darimu? maksudmu, sebenarnya kau ini adalah Hoobae
ku, begitu?” tanya Seo Rin yang sudah turun dari sepeda dan kini berdiri di
depanku.
Aku
mengangguk, “yah, seperti itulah.”
Seketika
ekspresi Seo Rin berubah, ia menggeram dan meluncurkan death glare nya yang menakutkan kearahku. Aku pun merasakan bulu
roma ku meremang, yeoja ini kenapa tiba-tiba menjadi lebih menakutkan dari
sebelumnya.
“heh, bocah!
Kau itu hoobae ku dan selama ini kau
seenaknya memanggilku dengan ‘Seo Rin-ssi’…
tanpa embel-embel Noona atau Sunbae? Dasar tidak sopan!”
BUGH!
“aaarrgghh!”
aku meringis sakit, menyentuh tulang kering ku yang dengan bebasnya Seo Rin noona tendang. Noona? Yah, sepertinya aku harus terbiasa memanggilnya begitu.
“anggap saja
itu sebagai hukuman untukmu.” Ujar Seo Rin noona
kemudian melangkah cepat dan pergi meninggalkanku.
“Noona~… tunggu aku!” dengan sedikit
terpincang aku mengejar Seo Rin Noona,
masih cukup mudah untukku mengejarnya karena walaupun kakiku masih terasa
sakit, namun kakiku ini masih jauh lebih
panjang darinya, akupun langsung menyamakan langkah kami.
Seo Rin Noona menoleh dan menatapku tajam, aku
hanya menanggapi tatapnnya dengan sebuah senyumanku yang manis ini. “kenapa kau
mengikutiku?! lebih baik, sekarang cepatlah sana kau pergi ke kelasmu, sebentar
lagi jam pelajaran akan dimulai.”
“iya aku
mengerti… eemm, sekarang Noona mau
pergi kemana?”
“ke ruang
Kepala Sekolah.” Jawabnya datar.
“tapi, apa Noona sudah tau dimana ruang Kepala
Sekolahnya? Gedung sekolah ini kan sangat besar dan luas. Apa mungkin bisa Noona menemukan ruang Kepala Sekolah
sebelum jam pelajaran dimulai? Ingatlah, Noona
adalah murid baru disini.” Ujarku sedikit berbisik. Seo Rin Noona menghentikan langkahnya dan menoleh
kearahku. Wajahnya terlihat sedikit ragu. Aku tau pasti setelah ini ia akan
berkata ‘Jun Hong-ssi, maukah kau
mengantarku ke ruang Kepala Sekolah’. Dan dengan senang hati ku jawab
‘iya’. Hahaha~.
“aku sudah
tau tempatnya. Jadi tinggalkan aku sekarang.”
“Mwo?!” aku menatapnya tak percaya. “Noona yakin?”
“Nde, yakin seyakin-yakinnya.”
“hhmm,
baiklah kalau begitu. Kita akan bertemu saat jam istirahat nanti, Annyeong Noona~!” ucapku melambai
padanya dan pergi menuju kelasku. Ia hanya terdiam menatap kepergianku.
Jun Hong POV END.
Seo Rin POV.
Fyyuuhh~…
akhirnya aku bisa terbebas dari makhluk (?) itu. sudah sejak tadi pagi, ah~
tidak-tidak lebih tepatnya sejak kemarin saat pertama kali bertemu dengan namja
menyebalkan itu. hidupku menjadi tidak tenang… apa dia bilang tadi, dia ingin
bertemu denganku lagi saat jam istirahat nanti? Oh tidak. Lebih baik aku berdiam
diri saja di dalam kelas sampai pulang sekolah nanti. Daripada harus bertemu
dengannya lagi. Ah~ memikirkannya saja sudah membuatku pusing.
Akupun
berjalan menelusuri koridor. dan dengan seksama memperhatikan tulisan-tulisan
yang terpajang rapi di pojok atas pintu-pintu ruangan yang ku lewati. Beberapa
ruangan sudah ku lewati, namun aku samasekali belum menemukan ruangan yang
bertuliskan 교장 방 (Kyoja Bang : Ruang kepala Sekolah). ini salahku yang pada hari
sabtu kemarin tidak ikut Appa saat
mendaftarkanku di sekolah ini. sungguh hari yang sangat sial untuk hari pertama
menjadi murid baru.
KKKRRRRIIIIINGGGG!
Aku tersentak kaget setelah mendengar bel tanda jam pelajaran akan
segera dimulai. Haduh, bagaimana ini… bel sudah berbunyi, tapi aku sama sekali
belum menemukan ruang Kepala Sekolah. Kalau mau langsung masuk kelas, aku juga
tidak tau dimana letak kelasku. Eotteokhe~~
Akupun menaiki sebuah tangga, mungkin saja ruang Kepala Sekolah
ada di lantai dua, namun saat aku menaiki tangga itu, Kulihat dari arah
belakang segerombolan siswa tengah berjalan cepat, beberapa diantara mereka
bahkan ada yang berlari kecil, sepertinya mereka sangat terburu-buru. Entah
sengaja atau tidak, beberapa dari mereka menyenggolku hingga aku hampir
terjatuh, dan Tanpa meminta maaf! Keterlaluan!
Dan saat seorang siswa bertubuh tambun melewatiku, iapun juga tak
luput menyenggolku. Karena aku sudah tidak dapat lagi menyeimbangkan tubuhku,
seketika tubuhku melimbung kebelakang.
“Kkyyaaaa~…”
Namun tiba-tiba…
GRREEP!
Aku merasakan seseorang menangkap tubuhku. Aku
menoleh menatapnya, manik mataku langsung menangkap sosok namja dengan mata
yang meruncing dan berwajah sangat tampan. Seketika kurasakan dadaku berdegup
kencang, ketika aku mencium aroma amber dari
farfum yang ia gunakan.
“gwenchanayo?”
tanyanya lembut, berhasil membuayarkan lamunanku.
-----TBC----
Baca juga fanfic author lainnya...
[Cafe Latte Love >> ( oneshoot )][Good Day (what is Love?) oneshoot]
[Endless Love>> (part 2, part 1)]
[I like You the best>> ( oneshoot )]
[love-sacrifice>> ( oneshoot )]
[I'm Your Bestfriend>> ( oneshoot )]
[On Rainy Day's>> ( oneshoot )]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar